Selasa, 15 Mei 2012

Sidak Wagub Sulut, dan Nilai Kejujuran



Wagub Sulut, DR Djauhari Kansil MPd didampingi sejumlah pejabat di Dinas Diknas Sulut melakukan sidak di instansi tersebut.  


WAKIL Gubernur (Wagub) Sulut, DR Djauhari Kansil MPd, Selasa 15 Mei 2012 menggelar inspeksi mendadak (sidak) di Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Propinsi Sulut. Sejatinya, yang namanya sidak itu tidak diketahui oleh pihak yang akan dikunjungi. Kansil membantah bahwa informasi soal sidak yang dilakukannya sudah lebih dulu bocor.  Namun, mungkin Pak Wagub tidak tahu bahwa beberapa saat sebelum dirinya tiba, para staf dan pejabat di instansi tersebut sibuk mempersiapkan kedatangannya.


Jarum jam menunjukan pukul 13.30 WITA, saat saya bersama dua kawan wartawan masih ngobrol di kantin Dinas Diknas Sulut. “Eh..cepat jo minum. Soalnya Wagub ada mo sidak. Kage dia datang kamari,” ujar salah seorang ibu di kantin itu. “Tadi mam ada ba telpon, Wagub katanya mo sidak. Atau sementara stow jalan di ruangan-ruangan,” sambung ibu tadi. Kami bertiga pun segera beranjak dari kantin itu. Bahkan saking terburu-buru, salah satu kawan jurnalis tak sempat membawa laptopnya dan hanya menitipkan di kantin itu. Saat yang sama, Dini, seorang kawan yang sama-sama pengurus organisasi kepemudaan menyambangi saya di kantin tersebut. “Kita mo antar dulu kita pe tamang neh. Ada mo urus beasiswa dia,” ujar saya pamit pada dua rekan jurnalis tadi.
Setelah menemani Dini memasukan berkas di Bagian Umum, saya pun mengantarnya sampai di depan gerbang masuk Dinas Diknas Sulut. Di pos penjagaan. “Pak Kasubag, Wagub katanya ada sidak di sini,” tanya saya pada Kasubag Umum, Danny Lampus SPd MAP. “Halo Pak Sek,” ujar saya ketika melihat Sekretaris Dinas Diknas Propinsi Sulut, Drs Viser Meloke MPd yang berada di samping Kasuba Umum. Yang disapa hanya melemparkan senyum. “Belum, masih di jalan menuju kemari,” ujar Lampus menjawab pertanyaan saya.
Sejumlah petugas jaga di kantor itu pun tampak siaga. Dua buah tanda larangan masuk diparkir di depan gerbang. Hanya kendaraan roda dua yang bisa masuk. “Ah..untung ada kasubag, begini so nimboleh masuk,” ujar salah seorang ibu yang mengendarai mobil jenis terios. Rupanya ibu ini orang dalam Diknas sehingga mendapat perlakukan khusus. Sementara beberapa kendaraan roda empat lainnya dilarang memasuki kantor Dinas Diknas. “So penuh parkiran,” jelas petugas parkir kepada beberapa pengendara mobil.
Meloke terlihat beranjak menuju lantai dua kantor Dinas Diknas. Menaiki tangga dari bagian depan bangunan itu. Beberapa saat kemudian, para penjaga di pos sekuriti termasuk Lampus terhentak dengan kedatangan sebuah mobil plat hitam. Mobil ini tak bisa masuk karena terhalangi tanda larangan di depan pintu gerbang. “Cepat buka. Wagub itu,” ujar seorang diantara para penjaga. Sejurus kemudian, Wagub didampingi ajudannya sudah turun dari mobil. Lampus mendekat. Berjabatan tangan. Dua rekan jurnalis sibuk mengabadikan momen itu melalui kamera digital. Wagub bergerak cepat menaiki tangga dari sisi kanan, diikuti Lampus dan sang ajudan. Dua wartawan tadi memilih naik dari tangga kiri, sementara saya memlih mengikuti Wagub dari belakang.
Sampai di lantai dua, Wagub ternyata tidak singgah ke ruangan Kepala Dinas, ataupun Sekretaris Dinas. Kansil malah turun kembali ke lantai satu, menuju ruangan keuangan. Lampus tampak bingung. Pasalnya tak ada Kadis yang mendampingi Wagub. Meloke pun sepertinya terkecoh karena sudah menunggu di lantai dua. Tampak Lampus sibuk menelpon Meloke. “Harus ada loket pelayanan di sini, supaya yang mengurus berkas tak perlu masuk ke dalam,” ujar Kansil kepada sejumlah staf keuangan. Setelah itu sejumlah ruangan ikut dipantau mulai dari bidang Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan (PMTK) yang disambut Kepala Bidang, Ferry Sangian SSos. Saat itu, Wowor sudah bergabung bersama Wagub dan tim sidak. “Ini dari mana,” ujar Kansil ketika melihat ada beberapa orang berseragam PNS yang duduk di ruangan PMTK. “Dari Bolmong Selatan Pak,” ujar beberapa PNS itu hampir bersamaan. “Siapa yang layani pa dorang,” ujar kansil kali ini ditujukan bagi staf Dinas Diknas. “Saya pak,” jawab seorang pria sambil berdiri. “Urus cepat pa dorang, kasihan datang dari jauh,” tandas Kansil. “Musti pasang pengumuman di sini, tempel di dinding pelayanan berkas di sini berapa lama. Syarat apa sayang yang harus dipenuhi. Supaya yang mau mengurus berkas sudah tahu. Kasihan kalau mereka harus bolak-balik ke sini karena ada berkas yang kurang,” ujar Kansil. “Siap pak. SOP di sini satu hari selesai. Asal semua berkas lengkap,” jawab Sangian meyakinkan.
Kansil pun melanjutkan sidak ke Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal, Seksi Pendidikan Anak Usia Dini, dan kembali naik ke lantai dua. Setelah memeriksa ruangan Sub Bagian Kepegawaian, Wagub pun masuk ke ruangan kepala dinas.   
Lebih dari 30 menit saya dan beberapa teman wartawan, yang lain menyusul saat sementara sidak tadi, menunggu di luar ruangan. Wagub keluar dan lantas duduk di tengah-tengah kami. “Apa yang mo tanya,” ujar Wagub. Turut mendampingi Wagub, ada Kadis, Sekretaris Dinas, Kepala Bidang, Kasubag Umum dan pejabat lainnya. “Pak Wagub, ini sidak yah,” ujar saya membuka sesi wawancara. “Ya..ini sidak,” jawab dia. “Tapi Pak, sepertinya informasi sidak ini sudah bocor, banyak staf yang sudah tau akan ada sidak,” lanjut saya. “Ah tidak. Tidak bocor,” ujar Wagub. “Nda bocor. Torang saja baru tahu pas wagub datang di ruangan,” sambung Sangian. Saya dengar beberapa pejabatpun membantah informasi bahwa pelaksaaan sidak itu sudah bocor. Sekilas saya memandang ke arah Meloke yang duduk hampir dua meter sebelh kiri saya. Juga melirik ke arah Lampus. Keduanya diam, tidak membantah. Saya maklum. Bukankah keduanya tadi yang mempersiapkan kedatangan Wagub di pintu gerbang? Saya memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaan soal bocor tidaknya informasi itu. “Tidak perlu takut dengan sidak. Ini kan untuk meningkatkan kinerja. Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Yang kurang yah, kita benahi,” ujar Wagub yang dijawab dengan manggut-manggut oleh para pejabat di lingkungan Dinas Diknas Sulut.
Materi wawancara pun melebar ke berbagai persoalan di sektor pendidikan. Suasana lebih rileks dan komunikatif. Kansil menjawab satu per satu pertanyaan yang diajukan. Maklum dengan latar belakang seorang guru dan puluhan tahun berkiprah di dunia pendidikan membuat Kansil menguasai permasalahan di bidang itu.
Saya memilih untuk lebih banyak diam, dan mencatat poin-poin penting hasil wawancara itu. “So cukup? Kita so mo pigi dulu,” ujar Kansil setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Diiringi para pejabat di instansi itu, Kansil pun bergerak menuruni tangga menuju ke mobil dinasnya.
Hari sudah menunjukan pukul 17.10 WITA. Jam deadline pun sudah menanti. Kami pun bergegas meninggalkan meninggalkan bangunan berlantai empat itu.(***)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar