Jumat, 18 Mei 2012

Depok Jakarta Manado



 Foto bersama peserta ToT dan UKJ AJI Indonesia sebelum meninggalkan Wisma Hijau, Depok Jawa Barat


KEBERSAMAAN selama lebih kurang tiga hari itu akhirnya harus berakhir. Rangkaian kegiatan Trainning of Trainners (ToT) dan Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Wisma Hijau Depok, Jawa Barat rampung sudah. Tiap peserta bersiap kembali ke kota masing-masing. Sayapun siap untuk menempuh perjalanan Depok-Jakarta-Manado. 
Minggu malam 29 April 2012. Suasana di ruang makan Wisma Hijau yang awalnya ramai, perlahan-lahan mulai sepi. Satu per satu peserta mulai meninggalkan ruangan itu, menuju kamar masing-masing, berkemas. Ada yang pulang berkelompok, ada yang pulang sendiri-sendiri. Saya janjian dengan Upi Asmaradhana, Korwil AJI Sulawesi Maluku, untuk pulang bersama-sama dengan Ai Jufridar, Korwil AJI Sumatera. Sambil menunggu Upi, saya memilih kembali ke kamar Lilly 05. Termenung sejenak, mengenang kembali sebuah proses panjang mengikuti UKJ. Saya memandangi sebuah piagam penghargaan di dalam map berwarna kuning menjadi bukti keikutsertaan dalam UKJ. “Akhirnya saya berhasil menyelesaikan rangkaian ujian ini,” gumam saya.
Kuatir ketinggalan rombongan yang akan pulang ke Jakarta, saya pun bergegas kembali ke ruang makan. Singgah sebentar di kamar kawan-kawan AJI Bandung. Mereka lagi asyik mengobrol. Di situ ada Ati Nurbaety, salah satu pendiri AJI. Saya ikut nimbrung sebentar, lalu menuju ruang makan. Ada beberapa kelompok di sana, mereka berdiskusi. Saya memilih duduk sendiri sambil nonton TV. Di kursi paling depan TV, Ketua Umum AJI Indonesia Eko Item Maryadi serius menyaksikan aksi para pembalap di ajang MotoGP. “Sep, kau pulang belakangan saja yah. Kendaraan sudah ful. Nanti  saya lapor sama Item,” ujar Upi yang datang menhampiri saya.
Upi segera mendatangi Item, mengutarakan maksudnya. Item beranjak dari tempat duduknya, menuju para staf Sekretariat AJI di meja bagian belakang. “Ini si Yoseph mau pulang ke Jakarta. Bisa ikut sama siapa,” tanya Item. “Nanti bareng cewek-cewek saja. Sementara diurus sama Mba Febry,” jawab Minda, salah satu staf di Sekretariat AJI. “Yah sudah, Sep. Amankan. Kau nanti ikut sama cewek-cewek itu,” ujar Item sambil menunjuk ke arah Rinjani dan Rika, masing-masing dari AJI Semarang dan AJI Medan. “Sampai ketemu di Jakarta yah,” ujar Upi yang kemudian berangkat lebih dulu ke Jakarta. “Ok bang,” balas saya.
Item kembali ke tempat duduknya. Serius memelototi TV di hadapannya, sambil menyantap makan malam. Sekali-sekali dia berdiri, berteriak. Untung saja piring yang sedang dipegangnya tidak sampai jatuh. Masih ada sekitar satu jam lagi saya harus menunggu. Tadi Febry sampaikan nanti taxi-nya datang pukul 20.30 WIB. “Ocep, ngana tinggal di sini saja. Nanti besok baru torang sama-sama ke Jakarta,” ujar Insani, Ketua AJI Ambon, yang datang ke ruangan makan. “Siapa-siapa yang masih nginap di Wisma Hijau malam ini,” tanya saya. “Ada banyak,” jawab Insani. “Hmmm sunyi di sini, mendingan saya ke Jakarta saja,” balas saya.
Rinjani dan Rika pamit menuju kamar mereka. Saya pun memilih untuk duduk di laur ruangan, sambil menanti taxi yang akan datang menjemput.
Tak lama kemudian, taxi yang ditunggu datang. Febry mengatur barang-barang yang akan dibawa ke Jakarta. “Di sini saja, bareng Rinjani dan Rika. Nanti di depan Mas Taslim,” ujar Febri pada saya. Taxi siap berangkat ketika saya dan Rika sempat bingung mencari Rinjani.  Beberapa menit kemudian, taxi sudah meluncur meninggalkan Wisma Hijau. Kami berempat ngobrol seputar pelaksanaan UKJ. Kebetulan Rinjani bersama saya dalam satu tingkatan madya, sementara Rika salah satu penguji dalam kelompok saya. Taxi melaju menuju Jakarta, yang kebetulan malam itu tidak terlalu padat. Argo di taxi itu hampir menyentuh angka 100 ribu ketika berempat kami tiba di Sekretariat AJI Indonesia, Kwitang Senen Jakarta Pusat. “Nanti sebentar jadi kan jalan-jalannya,” tanya Rika pada saya. “Ya..kita tunggu saja Bang Upi,” jawab saya.
Rika dan Rinjani masuk ke kamar bagian depan, saya memilih tidur di sofa ruang tamu. Menulis sejumlah laporan ditemani hujan deras yang mengguyur kota Jakarta malam itu, membuat rasa ngantuk mulai menyerang. Di ruangan sebelah, saya melihat Cahyono dari AJI Jayapura masih sibuk memainkan laptopnya. Tak bisa kompromi dengan ngantuk yang terus menyerang, saya pun akhirnya tertidur. “Ayo bang Yoseph, kita jalan pagi yuk. Ke Monas,” ujar Rinjani yang membangunkan saya. Dia bersama Rika sudah siap-siap untuk jalan sehat. “Ya..nanti saya nyusul, duluan aja Mba,” balas saya.
Keduanya meninggalkan sekretariat AJI, sayapun kembali melanjutkan mimpi yang terhenti. “Lho..katanya mau nyusul, kok malah tidur lagi sih,” suara Rinjani kembali membangunkan saya.  
Ternyata keduanya telah kembali dari menikmati udara Jakarta di pagi itu.   
Rinjani dan Rika lalu bersiap-siap untuk menuju Bandara. Rinjani pulang ke Semarang dengan jadwal penerbangan pukul 12.00 WIB, sementara Rika nanti pukul 18.00 WITA penerbangan ke Medan. Saya sendiri Pukul 15.30 WITA, ke Manado. “Saya mau tunggu di Bandara saja, sekalian antar Rinjani. Ayo bang, sama-sama saja ke Bandara,” ujar Rika. “Duluan aja, soalnya saya masih mo tunggu teman dari Manado, juga kenalan di Jakarta,” jawab saya.
Selanjutnya saya menemani Rinjani dan Rika untuk menunggu bajaj. Barang bawaan mereka juga cukup banyak. Sebuah bajaj berhenti di depan Sekretariat AJI. Keduanyapun naik, menuju Stasiun Gambir untuk selanjutnya naik DAMRI ke Bandara Soekarno-Hatta.
“Posisi di mana ketua, saya terjebak hujan nih di Jakarta Selatan. Cuman naik motor lagi nih, di Kwitang hujan gak,” ujar Budi Susilo, Koordinator Divisi Advokasi AJI Manado, lewat ponselnya. “Masih di Kwitang. Di sini sudah reda hujannya,” ujar saya.
Sambil menunggu Budi, seorang kenalan saya di Jakarta datang di Kwitang dan mengajak jalan-jalan ke Atrium Senen. Hari masih pagi, pukul 09.30 WIB. Pusat perbelanjaan itu masih sepi. Beberapa menit di sana, ponsel saya kembali berdering. “Ketua di mana. Saya sudah di depan sekretariat nih. Keluar dulu dong,” ujar Budi. “Masuk saja Bud, saya lagi di Atrium Senen, segera meluncur ke sekretariat,” balas saya.
Saya pun meninggalkan kenalan tadi, dan langsung menaiki bajaj menuju sekretariat AJI. “Bud, minta ngana pe doi alus dulu dang. Mo bayar bajaj,” ujar saya pada Budi yang ternyata masih menunggu di muka sekretariat. Dia segera merogoh uang di sakunya. Selembar uang lima ribuan diberikan pada saya. Setelah membayar ongkos bajaj, saya dan Budi pun masuk ke sekretariat. “Ini Budi, pengurus AJI Manado,” ujar saya memperkenalkan Budi pada sejumlah anggota AJI.
Beberapa saat kita ngobrol sebentar, sayapun mengemas barang bawaan. “Penerbangan nanti njam tiga, tapi saya lebih suka duluan ke bandara. Biar nanti menunggu di sana,” ujar saya pada Budi dan kawan-kawan yang lain. Tak lama kemudian sebuah SMS masuk ke ponsel saya. “Yoseph, sori semalam tak jadi ke sekretariat. Kau pulang jam berapa ke Manado. Kalu tidak sempat ketemu, nanti di lain waktu,” tulis Upi melalui pesan singkatnya. Saya pun menjawab bahwa saya sudah harus ke bandara sekarang untuk menanti penerbangan jam tiga sore.
Tas dan sejumlah barang bawaan sudah siap. “Nanti saya antar saja mas dengan motor,” ujar Taslim. Sayapun  pamit pada sejumlah staf sekretariat, juga kawan-kawan AJI yan ada di situ.
Tak kurang 10 menit Taslim memacu sepeda motornya, kamipun sampai di Gambir. “Hati-hati Mas Yoseph. DAMRI-nya di sebelah saya,” ujar Taslim. Saya pun segera menuju parkiran DAMRI. Salah satu diantaranya siap berangkat. Saya naik, beberapa menit kemudian kendaraan itu sudah melaju menuju bandara.  
Waktu masih menujukan pukul 12.30 WIB ketika saya tiba di Terminal IC Bandara Internationl Soekarno-Hatta Jakarta. Artinya masih ada sekitar 3 jam lagi saya harus menunggu penerbangan ke Manado. Setelah makan siang di salah satu restoran di kawasan itu, saya pun masuk ke ruang tunggu. Waktu tiga jam cukup untuk membuat berita edisi Senin, serta menulis satu tulisan di blog ini. Sesuai target, tulisan dan berita rampung. Namun jadwal penerbangan yang meleset. Pesawat delay, dan nanti berangkat pukul 16.00 WITA. Tiga jam lagi saya harus menunggu, sampai akhirnya penumpang tujuan Balikpapan- Manado dipersilahkan naik ke pesawat. Batavia Air take off meninggalkan Jakarta.
Setelah transit di Balikpapan, tak kurang dari satu jam tiga puluh menit kemudian, saya sudah sampai dengan selamat di Manado. Selamat tinggal Wisma Hijau. Selalu jadi kenangan, tempat menggodok angkatan pertama UKJ AJI Indonesia.(***)      
  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar