IBARAT sebuah pesta, susana begitu
ramai. Hiruk- pikuk. Penuh canda tawa. Mereka duduk bergerombol. Membentuk
kelompok-kelompok. Minuman ringan hingga yang beralkohol rendah tersaji. Kebanyakan
dari mereka adalah pemuda, atau yang sudah tua namun masih suka disebut pemuda.
Hari itu, Rabu 25 April 2012. Bertempat di Hotel Peninsula Manado, digelar
Musyawarah Provinsi (Musprov) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulut. Iven
ini seolah menjadi pesta para pemuda untuk menikmati berbagai fasilitas dan
tawaran yang dijanjikan serta disediakan pihak panitia maupun kandidat yang
ingin memimpin organisasi kepemudaan itu.
Sehari setelah iven digelar, sebenarnya saya
sudah ingin menuliskan peristiwa itu di blog. Namun karena kesibukan dan ingin
fokus pada kegiatan yang akan diikuti di Jakarta, maka keinginan untuk menulis ditunda dulu.
Rabu 02 Mei 2012, saat saya membaca Grup AJI
Manado di Facebook, saya menemukan tautan dari blog kawan Budi Susilo,
Koordinator Divisi Advokasi AJI Manado, yang menulis tentang Musprov KNPI. Menarik membaca tulisan itu, sekaligus
menginspirasi saya untuk coba menulis dengan gaya bahasa yang sedikit berbeda
meski saya sependapat dengan apa yang disampaikan Budi.
Akhirnya...saya pun mulai menulis mengisahkan kembali peristiwa yang telah lewat lebih kurang seminggu yang lalu....
Akhirnya...saya pun mulai menulis mengisahkan kembali peristiwa yang telah lewat lebih kurang seminggu yang lalu....
Sepeda motor yang saya tunggangi merayap pelan
menaiki jalan menanjak menuju Hotel Peninsula Manado, sore menjelang malam. Di
depan pintu masuk, puluhan papan, spanduk dan baliho ucapan selamat
melaksanakan Musprov KNPI Sulut terpampang. Puluhan pemuda tampak berbincang-bincang
di lobi hotel itu. Saya segera bergabung dengan kawan-kawan Pemuda Katolik (PK)
Sulut, yang juga menjadi salah satu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP)
peserta Musprov KNPI. Hampir semua pengurus inti PK Sulut ada di sana. Mulai
dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bahkan dewan penasehat. Pembicaraan
menjadi hangat ketika menyinggung siapa yang mewakili PK untuk masuk jajaran
pengurus KNPI yang nanti akan terpilih. Saya sendiri tidak terlalu tertarik
untuk membahas masalah itu, apalagi masuk dalam kepengurusan KNPI.
Toh saya datang ke hotel itu target utama
adalah bertemu Ketua PK untuk menyampaikan ijin bahwa saya tidak bisa mengikuti
kegiatan Rapimda PK Sulut, Sabtu empat hari kemudian.
Suasana menjadi lebih menarik saat salah
seorang panitia pengarah, sebut saja N, menuturkan pengalamannya selama
mengikuti Musprov KNPI termasuk iven tahun ini. “Sekarang mainannya sudah naik
jadi 2,5 juta tiap OKP. Masing-masing kandidat bahkan siap membayar hingga 3
juta untuk satu suara,” ujar mantan anggota legislatif ini. Cerita salah satu
pengurus OKP ini menarik perhatian kami yang berada di situ. “Jadi
hitung-hitung jo. Kalo ada pegang tiga biji (tiga OKP), dikali 3 juta, yah 9
juta ada di popoji (saku),” lanjut dia dengan berapi-api.
Dia lantas menceritakan tentang salah satu
teman pemuda yang pada Musprov sebelumnya menjabat sebagai salah satu panitia
pengarah. “V...itu (sambil menyebut nama salah satu pengurus inti KNPI Sulut)
ada pegang 8 biji dia. Ada 8 OKP yang dia bawa. Kali jo tiga juta. 24 juta ada
di kantong. Jadi tidor-tidor jo, sapa yang jadi yang penting doi so di tangan,”
ujar dia.
Tak lama berselang, V ikut bergabung di
kelompok kami. “V..berapa ngana pe biji,” tanya dia. “Ada noh. Ngana berapa,” V
balik bertanya. “Kita cuma tiga,” jawab mantan legislator tadi. “Kalo kita ada
pegang empat biji. Kali tiga juta, yah ada 12 juta di popoji,” aku V sambil
berpindah ke kelompok yang lain.
Selang beberapa saat kemudian, V kembali dengan
memegang segelas bir. Tertawa kegirangan. Sambil menyapa orang-orang yang ada
di sekitarnya.
Selaku pihak yang cukup menentukan jalannya
Musprov, N menuturkan bahwa sudah ada dua kandidat yang menguat untuk
memperebutkan suara 180 OKP. “Jackson Kumaat dan Kiki Korah, masih yang
teratas. Ada 180 suara OKP yang diperebutkan. Kalau tiap OKP dibayar 3 juta,
maka uang yang berputar di forum ini ada sekitar 540 juta. Belum lagi biaya
makan minum. Bisa jadi miliaran rupiah mengalir untuk Musprov ini,” ujar N.
N kembali menuturkan, tidak hanya mereka yang
tergolong pemuda yang ikut dalam kegiatan itu, namun sejumlah “senior” pemuda
juga ikut bermain. “Dorang sana, jangan
kira Cuma diam-diam. Masing-masing ada biji itu,” ujar N sambil menunjuk pada
satu kelompok yang berada di meja sebelah. Saya mengenali beberapa diantara
mereka. Ada yang mantan anggota DPRD Manado, juga DPRD Sulut. Ada preman, ada pula
pengusaha.
Tertarik saya mendengar ada 180 OKP. “Ketua,
apa saja 180 OKP itu,” tanya saya. “Nin tau lei. So macam-macam. Sampe ada
pemuda penggali kubur. Pokoknya yang penting ada dalam data Panitia Pengarah.
Bisa saja ada komitmen antara OKP dengan panitia. Diloloskan sebagai peserta
tapi uang dari kandidat sebesar 3 juta itu dibagi dua antara panitia dan OKP.
Aman toh,” tutur N.
Cerita ini seolah tak akan berakhir, sebelum
Ketua PK Komda Sulut mengajak kami para pengurusnya untuk menyingkir ke tempat
yang lebih steril. Kami pun bergegas meninggalkan lobi hotel itu menuju
parkiran kendaraan. Di luar hotel, puluhan bahkan ratusan pemuda masih
bergerombol. Entah apa yang dibicarakan. Namun sepertinya tak jauh dari
persoalan siapa mendukung siapa, dan berapa besar bayaran yang diterima,
termasuk tawar menawar posisi apa yang bakal didapat jika mendukung kandidat
yang bersangkutan.
Kamipun bergerak menuju salah satu cafe di
kawasan Boulevard Manado. Malam itu, Musprov KNPI ditunda untuk kemudian
dilanjutkan hari berikutnya. Setelah
menikmati hidangan malam itu, kami kembali ke arena Musprov. Saya mengambil
motor di parkiran hotel itu selanjutnya
bergegas menuju ke kost.
Kamis 26 April 2012. Saya cukup sibuk dengan
liputan dan persiapan berangkat ke Jakarta, sehingga tak sempat memantau
jalannya Musprov dengan agenda pokok pemilihan Ketua KNPI Sulut Periode
2012-2015. Sore harinya saya membaca di Facebook, Jackson Kumaat terpilih
secara aklamasi untuk memimpin organisasi pemuda tersebut. “Jadi so terpilih
dang,” tanya saya pada salah satu pengurus PK Komda Sulut. “Sudah. Secara
aklamasi,” balas kawan saya tadi via SMS.
Dalam visi misinya, Jacko sapaan akrab Kumaat menjanjikan
akan membawa organisasi KNPI menjadi lebih maju dan mengakomodir semua
kepentingan pemuda di Sulut. Informasi yang diperoleh, Musprov itu sendiri
menghabiskan dana Rp100 juta dari kas Pemerintah Propinsi Sulut. Yah..mungkin
tak seberapa nilainya.
Toh Ketua KNPI sebelumnya juga adalah anak
Gubernur Sulut.
Pesta pemuda tiga tahunan itu selesai sudah.
180 OKP itu mungkin akan kembali “mencair” atau “melebur” bahkan mungkin
menghilang dari aktivitas dan identitas sebagai organisasi pemuda. Kepengurusan
dan anggotanya mungkin nanti muncul tiga tahun depan, seiring dengan kembali
digelarnya Musprov KNPI Sulut. Ckckckck....(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar