Jumat, 04 Mei 2012

Pesta Pemuda Itu Bertajuk Musprov KNPI Sulut



IBARAT sebuah pesta, susana begitu ramai. Hiruk- pikuk. Penuh canda tawa. Mereka duduk bergerombol. Membentuk kelompok-kelompok. Minuman ringan hingga yang beralkohol rendah tersaji. Kebanyakan dari mereka adalah pemuda, atau yang sudah tua namun masih suka disebut pemuda. Hari itu, Rabu 25 April 2012. Bertempat di Hotel Peninsula Manado, digelar Musyawarah Provinsi (Musprov) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulut. Iven ini seolah menjadi pesta para pemuda untuk menikmati berbagai fasilitas dan tawaran yang dijanjikan serta disediakan pihak panitia maupun kandidat yang ingin memimpin organisasi kepemudaan itu.

Sehari setelah iven digelar, sebenarnya saya sudah ingin menuliskan peristiwa itu di blog. Namun karena kesibukan dan ingin fokus pada kegiatan yang akan diikuti di Jakarta, maka keinginan untuk menulis ditunda dulu.
Rabu 02 Mei 2012, saat saya membaca Grup AJI Manado di Facebook, saya menemukan tautan dari blog kawan Budi Susilo, Koordinator Divisi Advokasi AJI Manado, yang menulis tentang Musprov KNPI.  Menarik membaca tulisan itu, sekaligus menginspirasi saya untuk coba menulis dengan gaya bahasa yang sedikit berbeda meski saya sependapat dengan apa yang disampaikan Budi.  
Akhirnya...saya pun mulai menulis mengisahkan kembali peristiwa yang telah lewat lebih kurang seminggu yang lalu....
Sepeda motor yang saya tunggangi merayap pelan menaiki jalan menanjak menuju Hotel Peninsula Manado, sore menjelang malam. Di depan pintu masuk, puluhan papan, spanduk dan baliho ucapan selamat melaksanakan Musprov KNPI Sulut terpampang. Puluhan pemuda tampak berbincang-bincang di lobi hotel itu. Saya segera bergabung dengan kawan-kawan Pemuda Katolik (PK) Sulut, yang juga menjadi salah satu Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) peserta Musprov KNPI. Hampir semua pengurus inti PK Sulut ada di sana. Mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bahkan dewan penasehat. Pembicaraan menjadi hangat ketika menyinggung siapa yang mewakili PK untuk masuk jajaran pengurus KNPI yang nanti akan terpilih. Saya sendiri tidak terlalu tertarik untuk membahas masalah itu, apalagi masuk dalam kepengurusan KNPI.
Toh saya datang ke hotel itu target utama adalah bertemu Ketua PK untuk menyampaikan ijin bahwa saya tidak bisa mengikuti kegiatan Rapimda PK Sulut, Sabtu empat hari kemudian.
Suasana menjadi lebih menarik saat salah seorang panitia pengarah, sebut saja N, menuturkan pengalamannya selama mengikuti Musprov KNPI termasuk iven tahun ini. “Sekarang mainannya sudah naik jadi 2,5 juta tiap OKP. Masing-masing kandidat bahkan siap membayar hingga 3 juta untuk satu suara,” ujar mantan anggota legislatif ini. Cerita salah satu pengurus OKP ini menarik perhatian kami yang berada di situ. “Jadi hitung-hitung jo. Kalo ada pegang tiga biji (tiga OKP), dikali 3 juta, yah 9 juta ada di popoji (saku),” lanjut dia dengan berapi-api.
Dia lantas menceritakan tentang salah satu teman pemuda yang pada Musprov sebelumnya menjabat sebagai salah satu panitia pengarah. “V...itu (sambil menyebut nama salah satu pengurus inti KNPI Sulut) ada pegang 8 biji dia. Ada 8 OKP yang dia bawa. Kali jo tiga juta. 24 juta ada di kantong. Jadi tidor-tidor jo, sapa yang jadi yang penting doi so di tangan,” ujar dia.    
Tak lama berselang, V ikut bergabung di kelompok kami. “V..berapa ngana pe biji,” tanya dia. “Ada noh. Ngana berapa,” V balik bertanya. “Kita cuma tiga,” jawab mantan legislator tadi. “Kalo kita ada pegang empat biji. Kali tiga juta, yah ada 12 juta di popoji,” aku V sambil berpindah ke kelompok yang lain.
Selang beberapa saat kemudian, V kembali dengan memegang segelas bir. Tertawa kegirangan. Sambil menyapa orang-orang yang ada di sekitarnya.
Selaku pihak yang cukup menentukan jalannya Musprov, N menuturkan bahwa sudah ada dua kandidat yang menguat untuk memperebutkan suara 180 OKP. “Jackson Kumaat dan Kiki Korah, masih yang teratas. Ada 180 suara OKP yang diperebutkan. Kalau tiap OKP dibayar 3 juta, maka uang yang berputar di forum ini ada sekitar 540 juta. Belum lagi biaya makan minum. Bisa jadi miliaran rupiah mengalir untuk Musprov ini,” ujar N.
N kembali menuturkan, tidak hanya mereka yang tergolong pemuda yang ikut dalam kegiatan itu, namun sejumlah “senior” pemuda juga ikut  bermain. “Dorang sana, jangan kira Cuma diam-diam. Masing-masing ada biji itu,” ujar N sambil menunjuk pada satu kelompok yang berada di meja sebelah. Saya mengenali beberapa diantara mereka. Ada yang mantan anggota DPRD Manado, juga DPRD Sulut. Ada preman, ada pula pengusaha.
Tertarik saya mendengar ada 180 OKP. “Ketua, apa saja 180 OKP itu,” tanya saya. “Nin tau lei. So macam-macam. Sampe ada pemuda penggali kubur. Pokoknya yang penting ada dalam data Panitia Pengarah. Bisa saja ada komitmen antara OKP dengan panitia. Diloloskan sebagai peserta tapi uang dari kandidat sebesar 3 juta itu dibagi dua antara panitia dan OKP. Aman toh,” tutur N.
Cerita ini seolah tak akan berakhir, sebelum Ketua PK Komda Sulut mengajak kami para pengurusnya untuk menyingkir ke tempat yang lebih steril. Kami pun bergegas meninggalkan lobi hotel itu menuju parkiran kendaraan. Di luar hotel, puluhan bahkan ratusan pemuda masih bergerombol. Entah apa yang dibicarakan. Namun sepertinya tak jauh dari persoalan siapa mendukung siapa, dan berapa besar bayaran yang diterima, termasuk tawar menawar posisi apa yang bakal didapat jika mendukung kandidat yang bersangkutan.
Kamipun bergerak menuju salah satu cafe di kawasan Boulevard Manado. Malam itu, Musprov KNPI ditunda untuk kemudian dilanjutkan hari berikutnya.  Setelah menikmati hidangan malam itu, kami kembali ke arena Musprov. Saya mengambil motor di  parkiran hotel itu selanjutnya bergegas menuju ke kost.
Kamis 26 April 2012. Saya cukup sibuk dengan liputan dan persiapan berangkat ke Jakarta, sehingga tak sempat memantau jalannya Musprov dengan agenda pokok pemilihan Ketua KNPI Sulut Periode 2012-2015. Sore harinya saya membaca di Facebook, Jackson Kumaat terpilih secara aklamasi untuk memimpin organisasi pemuda tersebut. “Jadi so terpilih dang,” tanya saya pada salah satu pengurus PK Komda Sulut. “Sudah. Secara aklamasi,” balas kawan saya tadi via SMS. 
Dalam visi misinya, Jacko sapaan akrab Kumaat menjanjikan akan membawa organisasi KNPI menjadi lebih maju dan mengakomodir semua kepentingan pemuda di Sulut. Informasi yang diperoleh, Musprov itu sendiri menghabiskan dana Rp100 juta dari kas Pemerintah Propinsi Sulut. Yah..mungkin tak seberapa nilainya.
Toh Ketua KNPI sebelumnya juga adalah anak Gubernur Sulut.
Pesta pemuda tiga tahunan itu selesai sudah. 180 OKP itu mungkin akan kembali “mencair” atau “melebur” bahkan mungkin menghilang dari aktivitas dan identitas sebagai organisasi pemuda. Kepengurusan dan anggotanya mungkin nanti muncul tiga tahun depan, seiring dengan kembali digelarnya Musprov KNPI Sulut. Ckckckck....(***)   
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar