Kamis, 17 Mei 2012

Doa AJI Manado untuk Korban Sukhoi


 Doa bersama yang digelar AJI Manado bagi korban Sukhoi.

JATUHNYA pesawat komersil Sukhoi Superjet 100 di gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu 09 Mei 2012, membawa duka yang mendalam, khususnya bagi keluarga korban, maupun para kerabat yang ditinggalkan. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado menggelar aksi simpatik dengan menyalakan puluhan lilin sekaligus menggelar doa bersama bagi para korban, terutama  lima jurnalis yang ikut dalam penerbangan itu. 
Angka di ponsel saya menunjukan pukul 19.15 WITA, saat saya memarkir motor tunggangan di kompleks Taman Dotu Lolong Lasut, atau yang lebih diikenal dengan Taman Kesatuan Bangsa (TKB). Malam , Jumat 11 Mei 2012, aktivitas kawasan itu makin ramai. “Baru sampe Rik,” ujar saya ketika melihat Erik, salah satu jurnalis di Manado yang juga baru saja memarkir motornya. “Iyo. Yang lain mana,” balas Erik. “Mungkin sudah ada di dalam,” ujar saya yang langsung mengajak Erik masuk ke kompleks TKB. Di sana sudah ada tiga kawan, masing-masing Budi Susilo, Roger, dan satu lagi fotografer Harian Tribun Manado. “Gimana persiapannya Bud,” tanya saya. “Sudah, sesuai rencana ketua,” balas Budi.
Kamipun lantas ngobrol tentang berbagai hal, terutama tentang musibah jatuhnya pesawat sukhoi. Malam beranjak makin larut. Satu per satu kawan-kawan jurnalis berdatangan. Jarum jam menunjukan angka 20.30 WITA, ketika acara doa bersama ini siap untuk dimulai. Puluhan lilin sudah kami nyalakan. “Ketua, torang mulai jo. So makin larut, cuaca juga mulai mendung. Kuatir nanti hujan,” ujar beberapa kawan yang mulai cemas. “Tunggu kita cek dulu Budi dan Sek (Sekretaris AJI Manado, Ishak Kusrant). Kita juga mau segera digelar acara, makin larut nanti sasaran kita jadi bias,” jawab saya.
Roger segera menghubungi Budi, ponselnya diserahkan pada saya. “Ya ketua, kita masih di rumah keluarga korban nih. Keluarga mau gabung untuk doa bersama. Saya dengan Sek di sini,” jawab Budi. Beberapa saat kemudian, acara doa bersama dimulai. Irsal, Koordinator Divisi Organisasi AJI Manado bertindak sebagai MC. Satu dua patah kata disampaikan Irsal, yang selanjutnya membacakan doa. Usai doa, Budi, Ishak, dan keluarga korban tiba di TKB. Irsal mempersilahkan saya untuk menyampaikan sambutan. "Kegiatan doa bersama dan pemasangan puluhan lilin ini didedikasikan bagi semua penumpang, terutama lima rekan wartawan. Mereka jadi korban saat menjalankan tugas jurnalistiknya," ujar  saya.
Selanjutnya giliran Royke, wartawan Trans TV yang menyampaikan kesannya terhadap salah satu dari wartawan yang gugur dari Trans TV, sahabat Royke.  
Suasana syahdu makin terasa setelah anggota keluarga Anggraeni Fitria Swesty Supredjo, pramugari Sky Aviation yang jadi korban tragedi Sukhoi, ikut bergabung bersama wartawan dan warga yang menyaksikan aksi ini. Saat didaulat berbicara, bibi Anggi, Suratni Supredjo hanya berharap pertolongan dan kasih sayang Allah SWT untuk keselamatan Anggi dan korban lainnya. "Kalaupun Allah menakdirkan dia meninggal, kami ikhlaskan, dan kalaupun diberi kesempatan hidup, kami sangat berterima kasih kepada-Nya," harap Suratni.
Aksi simpatik ini diikuti puluhan jurnalis dari berbagai media yang ada di Sulut. Selain memasang lilin, para jurnalis juga melepaskan seluruh kartu pers, kamera dan perlengkapan jurnalis lainnya di depan foto di antara puluhan lilin yang menyala.
Pada bagian akhir, Michelle, wartawan Trans7, membacakan doa penutup. Malam makin larut. Acara ini tidak hanya dihadiri oleh para jurnalis juga keluarga korban, melainkan puluhan warga Manado yang berada di kompleks TKB tersebut.
Ishak selanjutnya mengantar keluarga korban. Masih ada acara foto-foto bersama. “Setelah ini masih ada acara apa,” tanya seorang intel polisi kepada saya. “Acaranya sudah selesai,” jawab saya. “Ketua mo wawancara dulu. Terkait inisiatif menggelar kegiatan doa ini,” ujar Royke yang langsung menodongkan kameranya, diikuti jurnalis lainnya. Saya yang didampingi pengurus AJI Manado menyampaikan beberapa pernyataan terkait kegiatan malam itu.
Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa kegiatan doa bersama yang dihadiri puluhan warga serta diliput hampir semua stasiun TV nasional itu, idenya berasal dari rekan Budi Susilo, Koordinator Divisi Advokasi AJI Manado. Persiapannya juga cuma beberapa jam saja.
Jumat siang itu, saya sementara mewawancarai Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Manado terkait tertunggaknya pembayaran tunjangan profesi guru. Tiba-tiba ponsel di kantong kemeja saya berdering. “Ketua, ini Budi. Jong..,” ujar Budi. “Ya, ada apa Bud,” balas saya. “Gini ketua, saya ada usul nih AJI buat kegiatan doa bersama untuk korban Sukhoi. Apalagi ada beberapa wartawan juga di pesawat itu,” ujar Budi. “Ok, kalo gitu hubungi Sek, kita ketemu sebentar sore jam 3,” ujar saya yang langsung diiyakan Budi.
Waktu masih menunjukan pukul 14.00 WITA saat saya berada di kantin Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Sulut. Pikir saya, daripada menunggu sampai jam 3 sore untuk ketemu Budi, mendingan sekarang saja. Saya pun menyampaikan niat ini pada Budi. “Ok, Jong mengarah ke kantin sekarang,” jawab Budi via SMS. “Kita kirim berita dulu, baru ke situ. Ini masih di kawanua net,” balas Ishak, menjawab SMS yang saya kirim beberapa menit sebelumnya. Beberapa saat kemudian Budi sampai di kantin. “Tadi sek bilang lagi di kawanua net. Gimana kalo kita ke sana saja, pas ada juga kawan-kawan lain di sana,” ujar saya. Budi setuju, kamipun segera meninggalkan kantin itu memacu sepeda motor menuju kawanua net.
Selain Ishak, juga ada di sana, Jefry, Aldrin, Daus, Kenny dan menyusul kemudian Steven dan Fendy. Dari markas kawan-kawan jurnalis televisi itulah kami menggelar rapat singkat untuk mempersiapkan kegiatan doa bersama, malam harinya.  
Akhirnya kegiatan doa bersama itu berakhir. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan menghadapi cobaan ini.(***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar