Pemaparan materi tentang Sejarah dan Perjuangan AJI disampaikan
WORKSHOP
jurnalistik
yang digelar Dinas Pendidikan Nasional (Diknas) Propinsi Sulut dengan
menghadirkan tim dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, Selasa 05
Februari 2013, berlangsung sukses. Sedikitnya 55 siswa perwakilan dari 13 SMA
dan SMK yang ada di Manado antusias mengikuti kegiatan ini.
Kepala Dinas Diknas Propinsi Sulut, Drs JSJ Wowor
MSi membuka secara resmi rangkaian kegiatan ini. Setelah sambutan dan materi pembukaan dari
Wowor, acara workshop yang dipandu Kasubag Umum Dinas Diknas Sulut, Danny
Lampus SPd MAP ini didahului dengan pemaparan dua materi sekaligus yakni
Pengantar Pers dan Jurnalistik, serta Sejarah Perjuangan AJI dan Penegakan
Etika Jurnalistik yang disampaikan Ketua AJI Manado, Yoseph E Ikanubun. Dalam
kesempatan itu, Ikanubun menjelaskan
tentang sejarah perkembangan pers, serta sikap AJI atas pelaksanaan Hari Pers
Nasional. “Sejarah pers nasional haruslah ditandai dengan kelahiran surat kabar
pertama di Batavia yakni Bataviasche
Nouvelles pada tahun 1744. Sehingga AJI tetap menolak penetapan 09 Februari
sebagai HPN karena tidak punya dasar historis yang kuat. Tanggal 09 Februari
sebenarnya adalah HUT Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI,” papar Ikanubun.
Menariknya persoalan etika jurnalistik juga paling
banyak diungkap para siswa. Salah satunya adalah, Yosua Eduard Ransoen, yang
mengutip pernyataan jurnalis dan ahli sejarah Amerika Serikat Paul Johnson, tentang
tujuh dosa yang paling mematikan dalam jurnalisme atau seven deadly sins. “Saya bisa menyebut lima dari tujuh dosa
jurnalisme itu yakni, distorsi informasi, meracuki pikiran anak, mengganggu privasi,
pembunuhan karakter, serta eksploitasi seks. Bagaimana pendapat narasumber
terkait dosa mematikan jurnalisme ini,” ujar Ransoen. Selanjutnya satu per satu
dosa mematikan itu dijelaskan oleh Ikanubun, dengan berpatokan pada 11 pasal
Kode Etik Jurnalistik. Diketahui, dua dosa mematikan lainnya adalah dramatisasi
fakta palsu dan penyalahgunaan kekuasaan.
Tak pelak pertanyaan ini mendapat apresiasi dari
peserta, pemateri serta kalangan Dinas Diknas.
Usai dua materi itu, dilanjutkan dengan teori tentang
berita, tekhnik wawancara dan penulisan berita yang disampaikan oleh Nolfie
Tamod, Ishak Kusrant dan Simon Making. Setelah sesi teori, dilanjutkan dengan
simulasi wawancara serta penulisan bertita dan presentase hasil penulisan
berita oleh masing-masing kelompok. “Saya memantau langsung dari CCTV di
ruangan saya, bagaimana para siswa mengikuti simulasi praktek wawancara dengan
narasumber. Sangat antusias, kritis dan berbakat,” papar Wowor.
Wowor menambahkan, ke depan kegiatan serupa akan
digelar untuk memberi bekal jurnalistik bagi kalangan siswa.(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar