Dirk Tomsa (kedua dari kiri), foto bersama pengurus AJI Manado
“AJI itu terkenal sampai di Australia karena
independensinya, dan menjaga jarak serta tidak terkooptasi dengan pemerintah.
Bagaimana upaya anda dalam menjaga sikap AJI ini,” tanya Dirk dalam satu sesi
saat diskusi yang berlangsung selama lebih kurang dua jam tersebut.
Ketua AJI Manado, Yoseph E Ikanubun selanjutnya
memaparkan bagaimana aturan-aturan di internal AJI yang mengikat setiap
anggotanya untuk terus bisa menjaga independensi itu, termasuk sejumlah sangsi
etik yang ada. “Dengan pemerintah, AJI tetap menjaga jarak. Pelanggaran etik
yang dilakukan oleh anggota AJI, ada prosedur untuk ditangani,” ujar Ikanubun
yang didampingi Sekretaris AJI Manado, Ishak Kusrant dan Nolfie Tamod.
Dalam kesempatan itu, Dirk juga menanyakan tentang
bagaimana kondisi pers lokal di Sulawesi Utara dan posisi serta hubungannya
dengan pemerintah. “Selama beberapa hari di sini, saya lihat koran yang ada di
Manado ini, banyak dengan iklan, reklame. Hampir tidak bisa dibedakan mana
berita, mana yang bukan berita. Semua berita bagus-bagus, memuji pemerintah.
Kurang kritis,” ujar Dirk sambil menunjukan salah satu koran yang dia bawa
dalam map dokumennya.
Selain bicara soal peran pers, dia juga selanjutnya
membahas lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi politik lokal di
Sulawesi Utara.
Dirk, warga keturunan Jerman ini mengaku, mendapat
rekomendasi dari sejumlah peneliti di Australia untuk mengunjungi AJI terkait
penelitiannya ini. Selain di AJI Manado, dia juga mengunjungi AJI Ambon dan AJI
Kendari.(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar