Jumat, 08 Maret 2013

Satu Dekade Harian METRO



Foto bersama keluarga besar SKH METRO di usai yang mencapai satu dekade

JARUM jam menunjukan pukul 12.00 WITA, saat saya memarkir sepeda motor di depan Kantor Komentar Group. Kompleks Ruko Megamas Blok IB, Nomor 38, Boulevard. Manado. Rabu 06 Maret 2013. Ini hari yang istimewa bagi segenap kru Surat Kabar Harian (SKH) METRO, karena genap satu dekade sudah koran ini hadir ditengah pembaca. 

Tegesa-gesa saya naik ke ruang redaksi SKH METRO di lantai terakhir bangunan berlantai empat tersebut. “Eh, Sep,” sapa Pemred SKH METRO, Jemmy Saroinsong saat melihat saya sampai di anak tangga terakhir sebelum masuk pintu ruang redaksi. “Ya, bos,” balas saya dengan napas terengah-engah.
Sampai di dalam ternyata belum banyak orang yang berkumpul. Meksi di pengumuman  disebutkan semua sudah harus berada tepat pukul 12.00 WITA karena akan dimulai ibadah. Masih ada kesempatan beberapa menit bagi saya untuk menyelesaikan satu dua berita. Tak lama kemudian, seorang pendeta muncul. Disambut beberapa awak SKH METRO. Saya duduk di samping Ralky Sinaulan, wartawan SKH METRO Biro Bolmong dan Kota Kotamobagu. “So lebe gode ngana Ral,” ujar saya sambil menepuk-nepuk pundak Ralky. “Iyo, bos,” balas dia sambil senyum-senyum. “Bos, Bos Enal bilang jadi MC kata,” ujar Allan Ruus, sambil menghampiri saya. “Adoh, nyanda bisa kita Lan. Fia jo,” ujar saya sambil menunjuk Yintzhe Gunde, wartawan SKH METRO desk politik yang juga Bendahara AJI Manado. “Fia nimau. Farry jo kang,” ujar Allan, yang sehari-hari liputan di Polda Sulut.
Beberapa menit kemudian, hampir semua wartawan SKH METRO sudah berkumpul. Farry Oroh, redaktur halaman nasional, tampil sebagai MC. Setelah membaca susunan acara, Farry yang juga seorang penulis cerpen serta buku ini, lantas memberikan kesempatan kepada Pdt Aser Esau STh untuk memimpin ibadah.      
Esau, Ketua Badan Pekerja Majelies Jemaat PNIEL Tuna Wawonasa ini, dalam khotbahnya mengambil kutipan dari Yoshua 1: 6-9 dan yeremia 29:11. Dalam dua kutipan ayat kitab suci tersebut, menurut Esau, manusia diharapkan untuk selalu berusaha menggapai hari esok lebih baik dari sekarang. Lanjut dia, harus ada daya dorong, harapan yang kuat, dan nilai tambah yang dari waktu ke waktu ada peningkatan. “Rancangan Tuhan bagi setiap anakNya, bukan rancangan gagal, tapi rancangan sukses. Firman Tuhan itu menjadi lampu dalam perjalanan hidup kita,” papar Esau.
Untuk capai hari esok yang cerah, lanjut Esau, sedikitnya ada lima hal yang harus diperhatikan oleh manusia, termasuk seluruh jajaran keluarga besar SKH METRO. “Yang pertama adalah kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Karena perjalanan yang akan ditempuh tidak mulus, banyak tantangan. Hanya orang yang punya hati yang kuat dan teguh yang akan tampil sebagai pemenang. Hal ini yang dijalani METRO selama 10 tahun usianya, dengan banyak sekali pergumulan dan tantangan,” papar dia.
Hal kedua, lanjut dia, jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri. “Artinya kita harus fokus pada apa yang harus kita capai. Sedangkan yang ketiga adalah bertindak hati-hati. Artinya sesuai dengan Taurat Tuhan. Sesuai aturan yang ada. Jangan sembrono, jangan gegabah. Tapi perhitungkan dengan matang. Bertindak hati-hati itu butuh ketegasan,” tegas Esau sambil mencontohkan Imam Eli sebagaimana dikisahkan dalam I Samuel Pasal 2:4, yang tidak tegas dalam menindak pelanggaran yang dilakukan anaknya.
Esau menambahkan, hal keempat adalah berpegang dan lakukan Taurat Tuhan. “Maka poin kelima adala  kemanapun kamu pergi kamu akan beruntung karena Tuhan akan selalu menyertaimu. Menyertai seluruh keluarga besar Harian METRO, dan juga Komentar Group,” pungkas Esau.
Khotbah Pdt Esau begitu menarik. Apalagi diselingi humor-humor yang sebenarnya menyentil realitas kehidupan jemaat, termasuk (mungkin) kru SKH METRO.
Ibadah selesai. Farry kembali mengambil alih jalannya acara. “Kita lanjutkan acara dengan mendengarkan sambutan dan harapan dari Pemred Harian KOMENTAR, Friko Poli,” ujar Farry.
Dalam sambutannya Poli mengatakan, di usia yang ke-10, wartawan Harian METRO harus menjadi panutan, tahu menempatkan diri serta professional. Lebih dari itu, METRO harus tetap mempertahankan kesantunan, karena pembacanya tidak hanya orang dewasa, tapi juga anak sekolah. “ Usia 10 tahun itu sudah menjadi panutan. Karena itu setiap wartawan METRO harus bisa jadi panutan, tahu menempatkan diri, dan professional,” ujar Poli.
Poli menambahkan, sebagai Koran yang lebih focus pada berita hukum dan kriminal, METRO juga harus tetap mempertahankan kesantunan dalam penulisan serta gambar sebagaimana motto, Panas Namun Santun. Karena, menurut dia, meski lebih mengarah pada segmen hukum dan criminal namun pembaca METRO tak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak sekolah. “Harus tetap mempertahankan kesantunan. Karena pembaca juga ada anak sekolah. Hindari gambar dan cara penulisan yang terlalu vulgar. METRO harus tetap tampil santun, sebagaimana motto-nya,” pungkas Poli yang didampingi Wapremred SKH KOMENTAR, Marcell Palilingan.
Selanjutnya, Farry mempersilahkan Pemred Harian FOOTBALL, Kimmy Mamahit untuk memberikan satu dua kata.
Yang terakhir, Pemred SKH METRO, Jemmy Saroinsong menguraikan sedikit perjalanan harian tersebut. Menurut Saroinsong, perjalanan METRO yang bisa mencapai satu decade semua karena kasih dan kemurahan Tuhan. “Sepuluh tahun METRO berjalan, semua karena kasih dan kemurahan Tuhan. Andalkan Tuhan selalu, dan kasih keluarga di rumah, itu merupakan pondasi yang sangat kokoh untuk menghadapi tahun-tahun selanjutnya,” papar Saroinsong.
Sambutan-sambutan selesai. Acara makan yang paling ditunggu-tunggu. Semua awak METRO menikmati makan siang. Duduk berkelompok. Bercerita, saling ledek. Senda gurau. Seru, pokoknya. Semua wartawan hadir. Kecuali Biro Mitra, Mangatur Pandiangan. “Mangatur kwa ijin dari kemarin, ada sakit dia,” ujar Reynald Pangalila, Koordinator Liputan SKH METRO.
Acara selanjutnya adalah foto bersama. Jemmy memandu langsung sesi ini. Pertama seluruh kru SKH METRO. Selanjutnya foto masing-masing desk liputan. Di tengah semaraknya perayaan HUT SKH METRO ke-10 itu, saya merasa ada yang kurang. Devy Bawotong, Sekretaris Redaksi METRO, terlihat sibuk membagikan kaos di ruang Pemred. “Dev, tadi kiapa nda ada doa untuk almarhum Ryo?,” ujar saya sambil menghampiri Devy. “Adoh,... Kak Jo, kiapa nda bilang dari tadi dang? Kita juga sempat cerita sama pendeta tadi, tapi memang sempat berdoa khusus tadi noh,” ujar Devy. “Kita pikir kwa, yang atur acara so set ini, tapi yah sudah. Kita berharap masing-masing ada berdoa khusus untuk Ryo,” kata saya.    
Hal yang sama saya sampaikan ke Allan. “Iyo, boss. Tadi so nda dapa inga kang. Tapi torang tetap berdoa untuk Ryo,” ujar Allan.
Di tengah semaraknya perayaan satu dekade SKH METRO, memang tak bisa lepas dari suasana duka atas kepergian secara tragis Muhamad Aryono Linggotu, yang akrab disapa Ryo. Pria pendiam, idealis, dan sosok wartawan low profile ini menghembuskan napasnya yang terakhir pada, Minggu 25 Nopember 2012. 14 tikaman yang bersarang ke tubuhnya telah merenggut nyawa salah satu pengurus AJI Manado itu.
Jauh sebelum kematian Ryo, satu personil SKH METRO juga sudah lebih dulu menghadap Sang Khalik. Helmy, meninggal setelah bergelut dengan penyakit yang dideritanya di tahun 2008.
Perjalanan satu dekade SKH METRO tak lepas dari kontribusi keduanya, lewat peran dan tanggungjawab yang mereka emban. Peran dan tanggungjawab yang kita emban, dalam posisi dan kapasitas apapun, kita semua turut menjaga eksistensi SKH METRO. Selamat mencapai usai satu dekade.
Satu per satu kru METRO mulai bubar meninggalkan ruangan redaksi. Meski Ultah, tak berarti pekerjaan mengejar deadline diabaikan. Yang lain pergi mencari warnet untuk mengirim berita. Yang sisa tetap berada di ruang redaksi, antri menggunakan fasilitas komputer kantor. “Acara belum selesai, sebentar malam jam 8 kita lanjut di Diva,” ujar Into, salah satu kru METRO yang biasa liputan hiburan.(***)

2 komentar: