Foto bersama keluarga besar SKH METRO di usai yang mencapai satu dekade
JARUM
jam
menunjukan pukul 12.00 WITA, saat saya memarkir sepeda motor di depan Kantor
Komentar Group. Kompleks Ruko Megamas Blok IB, Nomor 38, Boulevard. Manado. Rabu 06 Maret 2013. Ini hari yang istimewa bagi segenap kru Surat Kabar Harian
(SKH) METRO, karena genap satu dekade sudah koran ini hadir ditengah pembaca.
Tegesa-gesa saya naik ke ruang redaksi SKH METRO di lantai
terakhir bangunan berlantai empat tersebut. “Eh, Sep,” sapa Pemred SKH METRO,
Jemmy Saroinsong saat melihat saya sampai di anak tangga terakhir sebelum masuk
pintu ruang redaksi. “Ya, bos,” balas saya dengan napas terengah-engah.
Sampai di dalam ternyata belum banyak orang yang
berkumpul. Meksi di pengumuman disebutkan
semua sudah harus berada tepat pukul 12.00 WITA karena akan dimulai ibadah. Masih
ada kesempatan beberapa menit bagi saya untuk menyelesaikan satu dua berita. Tak
lama kemudian, seorang pendeta muncul. Disambut beberapa awak SKH METRO. Saya duduk
di samping Ralky Sinaulan, wartawan SKH METRO Biro Bolmong dan Kota Kotamobagu.
“So lebe gode ngana Ral,” ujar saya sambil menepuk-nepuk pundak Ralky. “Iyo,
bos,” balas dia sambil senyum-senyum. “Bos, Bos Enal bilang jadi MC kata,” ujar
Allan Ruus, sambil menghampiri saya. “Adoh, nyanda bisa kita Lan. Fia jo,” ujar
saya sambil menunjuk Yintzhe Gunde, wartawan SKH METRO desk politik yang juga Bendahara
AJI Manado. “Fia nimau. Farry jo kang,” ujar Allan, yang sehari-hari liputan di
Polda Sulut.
Beberapa menit kemudian, hampir semua wartawan SKH
METRO sudah berkumpul. Farry Oroh, redaktur halaman nasional, tampil sebagai
MC. Setelah membaca susunan acara, Farry yang juga seorang penulis cerpen serta
buku ini, lantas memberikan kesempatan kepada Pdt Aser Esau STh untuk memimpin
ibadah.
Esau, Ketua Badan Pekerja Majelies Jemaat PNIEL Tuna
Wawonasa ini, dalam khotbahnya mengambil kutipan dari Yoshua 1: 6-9 dan yeremia
29:11. Dalam dua kutipan ayat kitab suci tersebut, menurut Esau, manusia
diharapkan untuk selalu berusaha menggapai hari esok lebih baik dari sekarang.
Lanjut dia, harus ada daya dorong, harapan yang kuat, dan nilai tambah yang
dari waktu ke waktu ada peningkatan. “Rancangan Tuhan bagi setiap anakNya,
bukan rancangan gagal, tapi rancangan sukses. Firman Tuhan itu menjadi lampu
dalam perjalanan hidup kita,” papar Esau.
Untuk capai hari esok yang cerah, lanjut Esau,
sedikitnya ada lima hal yang harus diperhatikan oleh manusia, termasuk seluruh
jajaran keluarga besar SKH METRO. “Yang pertama adalah kuatkan dan teguhkanlah
hatimu. Karena perjalanan yang akan ditempuh tidak mulus, banyak tantangan.
Hanya orang yang punya hati yang kuat dan teguh yang akan tampil sebagai
pemenang. Hal ini yang dijalani METRO selama 10 tahun usianya, dengan banyak
sekali pergumulan dan tantangan,” papar dia.
Hal kedua, lanjut dia, jangan menyimpang ke kanan
atau ke kiri. “Artinya kita harus fokus pada apa yang harus kita capai. Sedangkan
yang ketiga adalah bertindak hati-hati. Artinya sesuai dengan Taurat Tuhan.
Sesuai aturan yang ada. Jangan sembrono, jangan gegabah. Tapi perhitungkan
dengan matang. Bertindak hati-hati itu butuh ketegasan,” tegas Esau sambil
mencontohkan Imam Eli sebagaimana dikisahkan dalam I Samuel Pasal 2:4, yang
tidak tegas dalam menindak pelanggaran yang dilakukan anaknya.
Esau menambahkan, hal keempat adalah berpegang dan
lakukan Taurat Tuhan. “Maka poin kelima adala
kemanapun kamu pergi kamu akan beruntung karena Tuhan akan selalu
menyertaimu. Menyertai seluruh keluarga besar Harian METRO, dan juga Komentar
Group,” pungkas Esau.
Khotbah Pdt Esau begitu menarik. Apalagi diselingi
humor-humor yang sebenarnya menyentil realitas kehidupan jemaat, termasuk
(mungkin) kru SKH METRO.
Ibadah selesai. Farry kembali mengambil alih
jalannya acara. “Kita lanjutkan acara dengan mendengarkan sambutan dan harapan
dari Pemred Harian KOMENTAR, Friko Poli,” ujar Farry.
Dalam sambutannya Poli mengatakan, di usia yang
ke-10, wartawan Harian METRO harus menjadi panutan, tahu menempatkan diri serta
professional. Lebih dari itu, METRO harus tetap mempertahankan kesantunan,
karena pembacanya tidak hanya orang dewasa, tapi juga anak sekolah. “ Usia 10
tahun itu sudah menjadi panutan. Karena itu setiap wartawan METRO harus bisa
jadi panutan, tahu menempatkan diri, dan professional,” ujar Poli.
Poli menambahkan, sebagai Koran yang lebih focus
pada berita hukum dan kriminal, METRO juga harus tetap mempertahankan
kesantunan dalam penulisan serta gambar sebagaimana motto, Panas Namun Santun.
Karena, menurut dia, meski lebih mengarah pada segmen hukum dan criminal namun
pembaca METRO tak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak sekolah. “Harus tetap
mempertahankan kesantunan. Karena pembaca juga ada anak sekolah. Hindari gambar
dan cara penulisan yang terlalu vulgar. METRO harus tetap tampil santun,
sebagaimana motto-nya,” pungkas Poli yang didampingi Wapremred SKH KOMENTAR,
Marcell Palilingan.
Selanjutnya, Farry mempersilahkan Pemred Harian
FOOTBALL, Kimmy Mamahit untuk memberikan satu dua kata.
Yang terakhir, Pemred SKH METRO, Jemmy Saroinsong
menguraikan sedikit perjalanan harian tersebut. Menurut Saroinsong, perjalanan
METRO yang bisa mencapai satu decade semua karena kasih dan kemurahan Tuhan.
“Sepuluh tahun METRO berjalan, semua karena kasih dan kemurahan Tuhan. Andalkan
Tuhan selalu, dan kasih keluarga di rumah, itu merupakan pondasi yang sangat
kokoh untuk menghadapi tahun-tahun selanjutnya,” papar Saroinsong.
Sambutan-sambutan selesai. Acara makan yang paling
ditunggu-tunggu. Semua awak METRO menikmati makan siang. Duduk berkelompok. Bercerita,
saling ledek. Senda gurau. Seru, pokoknya. Semua wartawan hadir. Kecuali Biro
Mitra, Mangatur Pandiangan. “Mangatur kwa ijin dari kemarin, ada sakit dia,”
ujar Reynald Pangalila, Koordinator Liputan SKH METRO.
Acara selanjutnya adalah foto bersama. Jemmy memandu
langsung sesi ini. Pertama seluruh kru SKH METRO. Selanjutnya foto
masing-masing desk liputan. Di tengah semaraknya perayaan HUT SKH METRO ke-10
itu, saya merasa ada yang kurang. Devy Bawotong, Sekretaris Redaksi METRO, terlihat
sibuk membagikan kaos di ruang Pemred. “Dev, tadi kiapa nda ada doa untuk
almarhum Ryo?,” ujar saya sambil menghampiri Devy. “Adoh,... Kak Jo, kiapa nda
bilang dari tadi dang? Kita juga sempat cerita sama pendeta tadi, tapi memang
sempat berdoa khusus tadi noh,” ujar Devy. “Kita pikir kwa, yang atur acara so
set ini, tapi yah sudah. Kita berharap masing-masing ada berdoa khusus untuk
Ryo,” kata saya.
Hal yang sama saya sampaikan ke Allan. “Iyo, boss. Tadi
so nda dapa inga kang. Tapi torang tetap berdoa untuk Ryo,” ujar Allan.
Di tengah semaraknya perayaan satu dekade SKH METRO,
memang tak bisa lepas dari suasana duka atas kepergian secara tragis Muhamad
Aryono Linggotu, yang akrab disapa Ryo. Pria pendiam, idealis, dan sosok
wartawan low profile ini menghembuskan napasnya yang terakhir pada, Minggu 25
Nopember 2012. 14 tikaman yang bersarang ke tubuhnya telah merenggut nyawa
salah satu pengurus AJI Manado itu.
Jauh sebelum kematian Ryo, satu personil SKH METRO
juga sudah lebih dulu menghadap Sang Khalik. Helmy, meninggal setelah bergelut
dengan penyakit yang dideritanya di tahun 2008.
Perjalanan satu dekade SKH METRO tak lepas dari
kontribusi keduanya, lewat peran dan tanggungjawab yang mereka emban. Peran dan
tanggungjawab yang kita emban, dalam posisi dan kapasitas apapun, kita semua
turut menjaga eksistensi SKH METRO. Selamat mencapai usai satu dekade.
Satu per satu kru METRO mulai bubar meninggalkan
ruangan redaksi. Meski Ultah, tak berarti pekerjaan mengejar deadline
diabaikan. Yang lain pergi mencari warnet untuk mengirim berita. Yang sisa
tetap berada di ruang redaksi, antri menggunakan fasilitas komputer kantor. “Acara
belum selesai, sebentar malam jam 8 kita lanjut di Diva,” ujar Into, salah satu
kru METRO yang biasa liputan hiburan.(***)
Dirgahayu SKH MTERO, semoga semakin maju terdepan,
BalasHapusthanx mas bro...
BalasHapus