Senin, 27 Februari 2012

Sekolah dan Kompetensi Jurnalis



Peserta Rakernas AJI di Cimanggis Depok Jawa Barat, berhasil merumuskan sejumlah program kerja yang bertumpu pada tripanji perjuangan yakni kebebabasan pers, profesionalisme jurnalis, serta peningkatan kesejahteraan para pekerja pers.

RAPAT Kerja Nasional (Rakernas) Aliansi Jurnalis Independen (AJI) secara resmi dibuka oleh Ketua Umum AJI Indonesia, Eko Item Maryadi, Kamis 23 Februari 2012, di Wisma Hijau Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Sejumlah persoalan dibahas dalam agenda nasional yang akan berlangsung hingga, Minggu 26 Februari tersebut. Salah satu yang menarik adalah pentingnya sekolah jurnalistik untuk para calon jurnalis.



Dalam laporan kondisi dunia pers secara umum yang disampaikan oleh masing-masing Ketua AJI Kota se-Indonesia, kompetensi jurnalis dinilai menjadi salah satu pemicu berbagai persoalan yang terkait dengan laku wartawan itu sendiri, dan juga produk jurnalistik yang dihasilkan yakni berita, foto, maupun karya gambar. “Kami melihat bahwa sekolah jurnalitik ini menjadi sebuah kebutuhan bagi pengembangan kompetensi para wartawan, sehingga nantinya menghasikan jurnalis-jurnalis yang handal,” ungkap Ketua AJI Kendari, Midwan dalam laporannya di forum Rakernas, Jumat (24/03) kemarin, yang diiyakan sejumlah Ketua AJI dari berbagai kota seperti Surabaya, Solo, dan Medan.  
Sementara itu, sesepuh AJI Solo, Eddy J Sutopo bahkan menyiapkan silabus pendidikan untuk sekolah jurnalistik tersebut. “Dengan sekolah jurnalistik ini, AJI ikut bertanggungjawab untuk melahirkan jurnalis-jurnalis handal, juga dari aspek etikanya,” papar Sutopo.
Meski sempat membuka kembali perdebatan tentang dasar filosofis serta urgensi pelaksanaan uji Standar Kompetensi Wartawan (SKW), namun AJI harus menerima kenyataan bahwa SKW yang digawangi oleh Dewan Pers adalah sesuatu yang mesti diterima. Maka atas usulan berbagai pihak internal AJI, maka disepakati untuk menyusun kurikulum uji SKW versi AJI. Apalagi, AJI merupakan salah satu lembaga yang telah lolos verifikasi untuk melakukan uji SKW itu.
Tak tanggung-tanggung, untuk menggodok kurikulim uji SKW itu, sejumlah sesepuh bahkan pendiri AJI terlibat aktif di dalamnya. “Para senior ini kami masukan dalam Biro Khusus Pendidikan, yang tugasnya antara lain menggodok kurikulum uji SKW tersebut,” ungkap Item didampingi Sekjen AJI Indonesia, Suwarjono.
Para sesepuh ini antara lain Hasudungan Sirait, Satrio Arismunandar, dan Eddy J Sutopo. Sirait memaparkan, wartawan adalah sebuah profesi maka harus punya standar kompetensi. “Uji SKW ini harus kita jalankan, karena sebagai profesi maka wartawan harus punya standar kompetensi,” papar Has, sapaan akrabnya. 
Diketahui, hingga saat ini AJI baru memiliki beberapa penguji yang telah lulus SKW, sehingga ke depannya akan diikutsertakan para anggota potensial dari bergaai kota untuk mengikuti ujian SKW. Setelah itu, lanjut Has, mereka yang telah lulus ini akan mengikuti Trainning of Trainners (ToT) sehingga nantinya berhak menjadi penguji SKW di berbagai daerah di Indonesia. “Jadi selain menyiapkan kurikulum, kami juga  menyiapkan para penguji yang lebih dulu mengikuti ToT,” jelas Has.(***)

1 komentar:

  1. Selamat kk bu,,, atas jabatan baru dlm AJI,,,,!!!

    Duad, Nit Teten Evav merestui!!!

    BalasHapus