SALAH satu
kota pendidikan dan tertua di Inggris, Oxford menjadi kota yang cukup diminati
oleh warga dunia sebagai tempat menimba ilmu. Dengan perpaduan budaya dunia
menjadikan Oxford kota yang sangat multikultural. Digandeng Education First
(EF), SMAN 1 Manado bermimpi siswa-siswinya bisa melanjutkan studinya di Universitas
Oxford, yang terkenal di seantero jagat ini. Mematok biaya Rp44 juta dari tiap
siswa yang ingin ikut studi tour ke negeri Ratu Elisabeth tersebut, polemik pun muncul. Sebelum rencana ke
Inggris terealisasi, sang kepala sekolah lebih dulu lengser dari jabatannya.
Seorang rekan jurnalis mengirim pesan lewat layanan Short
Message Service (SMS). Isinya, akan ada acara di SMAN 1 Manado pada Jumat 03
Februari 2012. Tanpa penjelasan lebih jauh tentang acara tersebut.
Jam di ponselku menunjukan Pukul 10.00 WITA, saat aku tiba di
sekolah yang berlokasi di Jalan Siswa Kecamatan Sario Manado ini. Seorang
Satpam berdarah Flores menyambutku dengan ramah. “Di ruang Bahasa Jerman,” ujar
dia tanpa lebih dulu menanyakan maksud kedatanganku. Aku langsung bergegas
menuju ke ruang Bahasa Jerman. Ada sekelompok siswa, bersama beberapa guru, dan
tujuh bule berada dalam ruangan itu. Dua wanita, dan lima lainnya pria. Awalnya
aku cukup bingung dengan apa yang mereka lakukan. Seperti memainkan sejumlah game yang terasa tidak familiar bagiku.
Salah satu dari perempuan bule itu sibuk mengambil gambar melalui kameranya.
Mengenakan rok panjang hitam tipis, dipadu kaos ketat, dengan cueknya dia naik
turun di atas kursi-kursi di ruangan itu untuk mengambil gambar. “Ini ada
pertukaran budaya Jerman dan Indonesia. SMAN 1 Manado jadi tuan rumah untuk
kegiatan ini,” ujar Kepala SMAN 1 Manado, Drs Ferdy Robot MSi, seolah menjawab
kebingunganku melihat aktifitas para bule ini.
Ferdy lantas berbicara panjang lebar tentang pengalamannya
saat ke Jerman beberapa waktu lalu, serta prestasi yang diukir sekolahnya. “Di
ruangan ini untuk kegiatan pertukaran budaya Jerman. Kalau di lantai dua, ada
sosialisasi bagi siswa yang ingin ikut study tour ke Oxford Inggris,” lanjut
Ferdy.
Aku bersama seorang rekan jurnalis lantas bergegas ke lantai
dua sekolah itu. Di sana kami disambut Sherly Kalangi, yang adalah seorang
guru. Di dalam kelas, belasan siswa serius mengikuti presentasi dari perwakilan
EF.
Di luar kelas, Sherly selanjutnya menjelaskan pada kami
tentang rencana sekolahnya pergi ke Oxford. Sherly mengungkapkan, program study
tour tersebut merupakan kerjasama antara SMAN 1 Manado dan EF dengan target 25
siswa dalam rombongan yang akan berkunjung ke negeri Ratu Elisabeth tersebut.
“Jadi biaya pendaftaran sebesar Rp44 juta tersebut, para siswa akan berada di
Inggris selama lebih kurang dua minggu. Beberapa fasilitas yang disediakan
antara lain, kunjungan ke sekolah lokal, tempat-tempat wisata, serta kunjungan
ke Kota London dan Cambridge,” ujar Sherly Kalangi, salah satu guru SMAN 1
Manado, yang masuk dalam tim perekrutan calon peserta tur kepada wartawan,
akhir pekan lalu.
Kalangi menambahkan, saat ini pihaknya sementara menggelar
sosialisasi kepada para siswa, dan bagi yang berminat silahkan untuk mendaftar.
“Jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut 23 September-07 Oktober 2012 mendatang,”
tambah Kalangi.
Dijelaskan Kalangi, selama di Inggris, para siswa nantinya
juga akan mengunjungi sejumlah sekolah dan juga kampus Oxford. “Ini tentu jadi
pengalaman menarik bagi para siswa untuk berkunjung ke skolah dan unversitas di
Oxford,” tandas Kalangi.
Usai penjelasan dari Kalangi, kami kembali ke ruang Bahasa
Jerman untuk melihat aktivitas bule-bule tadi. Kali ini salah satu pria bule
itu mengajar di depan kelompok siswa. Dengan menggunakan Bahasa Jerman, dia
coba berkomunikasi dengan para siswa. Sayangnya, komunikasi itu kelihatannya
kurang lancar. “Kita cari informasi lebih lanjut tentang Oxford,” ujar seorang
rekan jurnalis.
Akhirnya aku bersama beberapa rekan wartawan, yang datang
menyusul, menuju ruangan kepala sekolah.
Di sana ada Ferdy, dan Farid Syahputra dari pihak EF, yang tadi melakukan
presentase bagi para siswa. Farid mengungkapkan, sasaran mereka memang bukan
siswa yang berprestasi tapi memang mampu secara ekonomi. “Memang sasarannya
bukan siswa yang berprestasi, tapi secara ekonomi mampu. Karena memang tujuan
kami hanya sekadar memperkenalkan iklim belajar mengajar di Oxford. Karena
harus diakui untuk masuk ke Oxford sangat tidak mudah,” jelas dia.
Dia menambahkan, meski tidak menjamin bahwa siswa peserta tour
nantinya akan masuk ke Oxford, namun pihaknya akan melakukan pendampingan atau
tips-tips bagaimana agar bisa tembus ke Oxford. “Masuk ke Oxford itu jalurnya
dari SMA Internasional yang ada di Inggris. Tidak ada yang lulus langsung dari
sekolah di negaranya, bisa tembus ke sana. Jadi setelah lulus SMA, masih harus
mengulang SMA dua tahun lagi di Oxford, baru bisa masuk ke universitasnya,”
jelas Farid sambil menambahkan, setiap tahunnya dari Indonesia tak lebih dari 5
siswa yang tembus ke Oxford University.
Ditanya tentang biaya yang terkesan sangat mahal, dia
mengatakan, itu sudah termasuk program orang tua asuh di Inggris. “Jadi nanti
ada program orang tua asuh. Jika hubungan ini terbina dengan baik, tentu akan
ada kemudahan bagi siswa yang bersangkutan,” ujar Farid.
Ferdy sendiri mengatakan, program tersebut dibuka secara umum
kepada para siswa yang berminat. “Tentu nanti akan dibicarakan dengan orang tua
mereka,” ujar Ferdy.
Ditanya apakah biaya Rp44 juta tersebut sudah termasuk tiket
dan akomodasi gratis bagi kepala sekolah, Ferdy enggan menjawabnya. Namun Farid
mengakui, kepala sekolah dapat tiket dan akomodasi gratis selama dua minggu di
Inggris yang diambil dari biaya pendaftaran siswa.
Bersama kawan-kawan wartawan desk pendidikan, kami berpendapat
berita tentang rencana kunjungan ke Oxford ini sangat menarik, sehingga lebih
baik diterbitkan pada hari Senin 06 Februari 2012, dengan pertimbangan di hari
Senin akan lebih banyak pembaca.
Senin siang itu bersama sejumlah rekan wartawan aku menikmati
snack ringan di sebuah cafe di sekitaran Lapangan Sparta Tikala Manado, ketika
ponselku berdering berulang kali. Namun karena tak ingin mengganggu konsentrasi
saat asyik mengetik berita, kuabaikan saja panggilan tersebut. Usai mengetik
berita, kulihat ponsel tersebut, ternyata Ferdy yang menelponku. Sesaat kemudian
disusul SMS. Intinya, ada sorotan dari kalangan legislatif Kota Manado terkait
berita yang kutulis di koran tempatku bekerja.
Setelah kutelusuri, ternyata tak ada satupun rekan jurnalis
desk pendidikan yang memuat berita tersebut, dengan berbagai alasan. Sehingga praktis
hanya aku yang menerbitkan berita tersebut. Judulnya, “Study Tour ke Inggris,
Siswa SMAN 1 Manado Dipungut Rp44 Juta.” Berita ini ternyata tidak hanya
menghebohkan kalangan legislatif, tapi juga kepala-kepala sekolah, dan
masyarakat umum.
Hari itu juga teman-teman wartawan yang lain melakukan
konfirmasi pada Plt Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado, Dante Tombeg SPd MPd.
Tombeg menegaskan, sekolah-sekolah di Manado tidak
diperkenankan untuk melakukan pungutan kepada para siswa. Hal ini juga telah
diinstruksikan oleh Walikota Manado, DR GS Vicky Lumentut agar menghindari
kegiatan-kegiatan yang memungut biaya dari peserta didik. “Sesuai yang
diinstruksikan oleh Bapak Walikota, sekolah-sekolah seharusnya menghindari
kegiatan yang biayanya dipungut dari siswa,” ujar Tombeg saat dikonfirmasi
terkait pungutan sebesar Rp44 juta per siswa bagi yang ingin ikut dalam study
tour SMAN 1 Manado ke Inggris.
Terkait pelaksanaan kegiatan SMAN 1 Manado tersebut, lanjut
Tombeg, sampai sejauh ini dia belum menerima laporan resmi dari kepala sekolah
terkait hal itu. “Sejauh ini belum ada laporan dari kepala sekolah. Nanti akan
kami pelajari sejauh mana manfaat kegiatan itu, serta terkait pembiayaannya.
Jadi kami belum bisa banyak menanggapi karena belum ada laporan kepala
sekolah,” ujar Tombeg.
Rabu 08 Februari 2012. Auditorium Universitas Sam Ratulangi
(Unsrat) Manado dipadati ratusan kepala sekolah dari berbagai daerah di
Sulawesi Utara. Ferdy juga hadir di sana. “Kenapa sekarang sudah di semua koran
ada itu berita mo ke Inggris. Saya belum melapor ke Kepala Dinas karena memang
belum ada yang mendaftar,” ujar Ferdy sambil menjelaskan, hal itu nanti juga
tergantung pada orang tua murid, apakah setuju atau tidak.
Dalam Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) yang digelar di
SMAN 8 Manado, sejumlah kepala sekolah juga membicarakan polemik rencana
keberangkatan ke Inggris. Yang paling getol bersuara adalah Kepala SMA Aquino
Manado, Dra Yulian Wantania. “Jadi heboh ini berita, gara-gara wartawan,” ujar
Yulien dengan nada bercanda. Sementara Ferdy sibuk menjelaskan tentang rencana
study tour ke Inggris tersebut pada beberapa rekan kepala sekolah.
Sehari berselang. “Jadi Pak Kepsek, batal ini rencana mo ke
Inggris,” celutuk salah satu rekan jurnalis saat melihat Ferdy duduk di samping
Aula SMKN 2 Manado, Jumat (09/02) sore sekitar Pukul 16.15 WITA. “Yah..mo
bilang bagimana, so begini,” balas Ferdy yang bersama Sekretaris Dinas
Pendidikan Kota Manado, Corry Tendean SH, Yulien, seorang guru, serta Satpam
SMAN 1 Manado. Hari itu ratusan kepala SMA/SMK berkumpul di aula tersebut untuk
menggelar Rakor Bidang Pendidikan.
Sedangkan beberapa menit sebelumnya, Plt Sekkot Manado, Ir Heavrey
Sendoh MSi menggelar roling kepala sekolah, di Ruangan Serbaguna Pemkot Manado.
Ada yang promosi jabatan, ada pula yang lengser dari posisinya. Mereka yang
harus reka tergusur dari jabatannya, antara lain Kepala SMAN 4 Drs Johny
Rompas, Kepala SMAN 6 Dra Mediatrix Ngantung MPd, dan Kepala SMKN 1 Manado Dra
Olvien Tanos MSi. Ferdy juga salah satu dari kepala sekolah yang harus
terlempar dari jabatannya. “Ini kwa gara-gara berita ke Inggris ini,” ledek
Yulien, saat melihat wartawan ngobrol dengan Ferdy.
Di dalam ruangan Tombeg memberikan arahan pada penutupan Rakor
tersebut. Kegiatan berakhir. Informasi tentang roling kepala sekolah jadi
pembicaraan hangat peserta Rakor. Ada yang kaget, kecewa, juga senang. Di tangga
keluar aula, tampak Ferdy dan Rompas ngobrol dengan Tombeg. “Saya juga kaget
dengan roling kepala sekolah ini,” ujar Tombeg. Di tanya soal rencana
selanjutnya ke Oxford, baik Ferdy maupun Tombeg enggan menanggapinya. “Nanti
tunggu saja kebijakan Kepala SMAN 1 Manado yang baru, Drs Jacky Kojoh,” celutuk
seorang jurnalis.
Hari hampir senja. jam deadline menanti. Akhirnya kami pun
bergegas meninggalkan aula tersebut.(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar