Peserta Rakernas AJI di Cimanggis Depok Jawa Barat, berhasil merumuskan sejumlah program kerja yang bertumpu pada tripanji perjuangan yakni kebebabasan pers, profesionalisme jurnalis, serta peningkatan kesejahteraan para pekerja pers.
RAPAT Kerja Nasional (Rakernas) Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) secara resmi dibuka oleh Ketua Umum AJI Indonesia, Eko Item Maryadi,
Kamis 23 Februari 2012, di Wisma Hijau Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Sejumlah
persoalan dibahas dalam agenda nasional yang akan berlangsung hingga, Minggu 26
Februari tersebut. Salah satu yang menarik adalah pentingnya sekolah
jurnalistik untuk para calon jurnalis.
Dalam laporan kondisi dunia pers secara umum yang disampaikan
oleh masing-masing Ketua AJI Kota se-Indonesia, kompetensi jurnalis dinilai
menjadi salah satu pemicu berbagai persoalan yang terkait dengan laku wartawan
itu sendiri, dan juga produk jurnalistik yang dihasilkan yakni berita, foto,
maupun karya gambar. “Kami melihat bahwa sekolah jurnalitik ini menjadi sebuah
kebutuhan bagi pengembangan kompetensi para wartawan, sehingga nantinya
menghasikan jurnalis-jurnalis yang handal,” ungkap Ketua AJI Kendari, Midwan
dalam laporannya di forum Rakernas, Jumat (24/03) kemarin, yang diiyakan
sejumlah Ketua AJI dari berbagai kota seperti Surabaya, Solo, dan Medan.
Sementara itu, sesepuh AJI Solo, Eddy J Sutopo bahkan
menyiapkan silabus pendidikan untuk sekolah jurnalistik tersebut. “Dengan
sekolah jurnalistik ini, AJI ikut bertanggungjawab untuk melahirkan
jurnalis-jurnalis handal, juga dari aspek etikanya,” papar Sutopo.
Meski sempat membuka kembali perdebatan tentang dasar
filosofis serta urgensi pelaksanaan uji Standar Kompetensi Wartawan (SKW),
namun AJI harus menerima kenyataan bahwa SKW yang digawangi oleh Dewan Pers
adalah sesuatu yang mesti diterima. Maka atas usulan berbagai pihak internal
AJI, maka disepakati untuk menyusun kurikulum uji SKW versi AJI. Apalagi, AJI
merupakan salah satu lembaga yang telah lolos verifikasi untuk melakukan uji
SKW itu.
Tak tanggung-tanggung, untuk menggodok kurikulim uji SKW itu,
sejumlah sesepuh bahkan pendiri AJI terlibat aktif di dalamnya. “Para senior
ini kami masukan dalam Biro Khusus Pendidikan, yang tugasnya antara lain menggodok
kurikulum uji SKW tersebut,” ungkap Item didampingi Sekjen AJI Indonesia,
Suwarjono.
Para sesepuh ini antara lain Hasudungan Sirait, Satrio
Arismunandar, dan Eddy J Sutopo. Sirait memaparkan, wartawan adalah sebuah
profesi maka harus punya standar kompetensi. “Uji SKW ini harus kita jalankan,
karena sebagai profesi maka wartawan harus punya standar kompetensi,” papar
Has, sapaan akrabnya.
Diketahui, hingga saat ini AJI baru memiliki beberapa penguji
yang telah lulus SKW, sehingga ke depannya akan diikutsertakan para anggota
potensial dari bergaai kota untuk mengikuti ujian SKW. Setelah itu, lanjut Has,
mereka yang telah lulus ini akan mengikuti Trainning of Trainners (ToT)
sehingga nantinya berhak menjadi penguji SKW di berbagai daerah di Indonesia.
“Jadi selain menyiapkan kurikulum, kami juga
menyiapkan para penguji yang lebih dulu mengikuti ToT,” jelas Has.(***)
Selamat kk bu,,, atas jabatan baru dlm AJI,,,,!!!
BalasHapusDuad, Nit Teten Evav merestui!!!