Selasa, 14 Februari 2012

Maulid, Valentine’s Day, dan Merah-Putih



BERAWAL ketika rekan Irsal, salah satu jurnalis televisi nasional, mengirim sebuah rilis pada saya. Judulnya, Dialog Semalam Pelajar, Maulid vs Valentine’s Day. Dua hari kemudian saya membaca blog milik kawan Budi, seorang jurnalis media cetak, yang salah satu tulisannya mengangkat topik Antara Valentine’s Day dan Merah Putih. Meski momen yang sering diidentikan dengan hari kasih sayang ini menjadi semacam tradisi yang dirayakan setiap tahun, namun sangat menarik bagi saya untuk coba menarik benang merah antara Maulid, Valentine’s Day, dan Merah Putih.

Minggu 12 Februari 2012. Kota Manado dan sekitarnya diguyur hujan deras. Sejak pukul 15.00 WITA, saya sudah menunggu di sebuah cafe di sekitar Lapangan Sparta Tikala, sambil menikmati segelas teh manis panas dan nasi goreng ayam. Satu per satu orang yang dinanti berdatangan. Pertemuan sore itu sedang berlangsung, saat seorang rekan jurnalis dari salah satu stasiun televisi nasional menelpon saya. “Sek, kita ada mo kirim rilis neh. Di FB kita kirim,” ujar pria berjanggut ini. “Ok bro, siip,” balas saya.
Inti pembicaraan pada pertemuan sore itu sudah selesai. Sementara rekan-rekan yang lain asyik mengobrol, saya penasaran dengan rilis kawan Irsal, yang juga anggota AJI Kota Manado ini. Segera saya buka tulisan dalam inboks akun facebook. Dalam rilis itu disebutkan, pada Sabtu – Minggu, 11-12 Februari, bertempat di Panti Asuhan Ar-Rahma, dialog semalam di kalangan pelajar yang membahas tentang Perayaan Maulid dan Valentine’s Day. Tak kurang dari 70 siswa Muslim dari jenjang pendidikan SMA/sederajat ambil bagian dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Tadzkir Akbar (BTA) Cabang Manado ini.
Dialog semalam itu menghadirkan Ustad Arifin Tukiman SHi dari Musyawarah Guru Mata Pelajar Agama Islam (MGMP-AI) Manado dan Syarir, Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Manado.
Masih menurut rilis itu, dialog sendiri berlangsung alot, pemateri dan peserta saling sharing membahas tanya jawab seputar kontroversi perayaan Maulid serta Valentine’s Day yang kian menjadi tradisi dan budaya di Indonesia. Kedua pemateri mengupas aspek sejarah serta arti dan makna kedua perayaan tersebut, yang cenderung disalah artikan oleh kawula muda. Di mana lebih menonjolkan hura-hura acara perayaan, dan tidak memiliki dasar serta melupakan prinsip moral dengan mengaplikasikan hikmah termasuk etika perayaan.
Sementara Ketua Panitia, Thahir dari SMK Al Khairat Banjer, mengaku dialog bersama Badan Tadzkir Akbar ini digelar oleh teman-teman siswa SMA Muslim di Manado, juga untuk menjalin kekerabatan serta persaudaraan di kalangan pelajar. Di samping itu untuk memupuk rasa tanggung jawab moral akan kondisi pergaulan kawula muda saat ini.
Ketua BTA Cabang Manado, Muhammad Ghazali dari SMA Negeri 9 Manado, menuturkan selain dialog sejumlah acara ikut dirangkaian dalam kegiatan semalam tersebut, seperti makan bersama anak panti asuhan, dan puncak acara diisi dengan tadabur alam serta kontemplasi yang dibawakan oleh sahabat-sahabat pengurus BTA Cabang Manado.
Dalam rilis itu juga ditulis tentang tanggapan para peserta. “Dialog bersama ini menarik dan saya berharap kegiatan yang dilaksanakan dapat menambah kepahaman ilmu untuk kawula muda akan makna perayaan hari tersebut,” ujar Ayu, siswi kelas 3 SMK Negeri 1 Manado.
Setelah diedit, rilis ini saya kirim ke kantor harian tempat saya bekerja untuk diterbitkan.  
Siang hari, di Kantin Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sulawesi Utara, Selasa 14 Februari 2012. Sambil menunggu untuk liputan kegiatan selanjutnya, saya membuka akun facebook melalui notebook yang setiap harinya selalu saya bawa. Ada beberapa grup yang selalu saya kunjungi, antara lain AJI Manado, PMKRI Cabang Tondano, serta Trial *Petengs Grup.* Saya tertarik dengan tautan di Grup AJI Manado. Tautan ini dari blog Saudara Budi, yang juga anggota AJI Manado. Judulnya menarik, Antara Valentine’s Day dan Merah Putih. Saya baca beberapa kali. Mencoba mencari pemahaman, apa yang dimaksud Rekan Budi. Valentine’s Day sudah sering saya dengar. Merah Putih juga saya tahu sebuah peristiwa heroik di jaman setelah kemerdekaan yang terjadi di Sulawesi Utara. Sebenarnya saya ingin membaca lebih jauh tentang sejarah dua momen ini, namun tidak saya dapatkan dalam blog tersebut. Saya maklum, untuk Valentine, Budi telah membatasinya dengan menulis, “Entah bagaimana budaya ini berawal dan berkembang di Indonesia, apalagi dengan perdebatan kontroversialnya, tidak dibahas mendalam di kesempatan kali ini.”
Sementara terkait Merah Putih, kawan saya ini juga menyatakan, “sayangnya, kali ini bukan waktunya membahas habis-habisan sejarah Merah Putih 14 Februari.”
Malam harinya, setelah selesai mengedit berita sekaligus mengawasi proses lay out, saya turun meninggalkan kantor redaksi harian tempat saya bekerja. Sebuah bangunan berlantai empat, yang terletak di kawasan reklamasi yang menjadi salah satu pusat perbelanjaan di Kota Manado. Berada di ruas Jalan Pierre Tendean, tapi lebih familiar disebut Boulevard. Oleh pihak pengembang kawasan ini dinamakan Megamas, yang mulai dibangun diakhir tahun 1990-an.
Jam masih menunjukan Pukul 19.13 WITA, saat saya meninggalkan kantor dan menuju ke salah satu ruko yang menjual ponsel dan sejenisnya. Menelusuri emperan ruko itu, saya berpapasan dengan sejumlah remaja yang berjalan berpasang-pasangan. Ada juga yang memakai kaos seragam warna pink, yang juga warna kesukaan saya. Valentine’s day, memang identik dengan warna merah muda, demikian pandangan sebagian orang. Malam itu suasana ramai, seperti ketika momen malam minggu di kawasan itu. Setelah membeli sebuah charge ponsel, saya kembali menuju kantor. Makin larut, makin ramai kawasan ini didatangi kawula muda. Saya pun bergegas pulang ke kamar kos, yang sudah saya tempati selama delapan tahun terakhir ini.
“Valentine’s Day. Hmm momen tahunan, tapi masih menyisakan kontroversi. Lantas bagaimana kaitannya dengan Maulid dan Merah Putih. Rilis rekan Irsal tidak secara jelas menarik keterkaitan antara hari kasih sayang itu, dengan Maulid. Sementara kawan Budi, juga sudah membatasi untuk tidak membahas aspek historis antara Valentine’s Day, dan Merah Putih. Ini sangat menarik untuk ditelaah,” pikir saya.
Sesampai di kos, saya bertekad untuk secepatnya menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Pertama saya mencari dulu tentang Valentine’s Day.  Saya terkejut ketika memasukan kata kunci “Valentine’s Day” di mesin pencari google. Ada 166 juta postingan yang terkait dengan kata kunci di atas. Setelah menelaah sejumlah tulisan juga situs yang memuat tentang hari kasih sayang ini, saya memilih wikipedia sebagai referensi.
Wikipedia mengulas, Hari Valentine (bahasa Inggris: Valentine's Day) atau disebut juga Hari Kasih Sayang, pada tanggal 14 Februari adalah sebuah hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya di Dunia Barat. Asal-muasalnya yang gelap sebagai sebuah hari raya Katolik Roma didiskusikan di artikel Santo Valentinus. Beberapa pembaca mungkin ingin membaca entri Valentinius pula. Hari raya ini tidak mungkin diasosiasikan dengan cinta yang romantis sebelum akhir Abad Pertengahan ketika konsep-konsep macam ini diciptakan.
Hari raya ini sekarang terutama diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukaran notisi-notisi dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu miliar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.
Di Amerika Serikat mulai pada paruh kedua abad ke-20, tradisi bertukaran kartu diperluas dan termasuk pula pemberian segala macam hadiah, biasanya oleh pria kepada wanita. Hadiah-hadiahnya biasa berupa bunga mawar dan cokelat. Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius. Sebenarnya Valentine itu merupakan hari Percintaan, bukan hanya kepada pacar ataupun kekasih, Valentine merupakan hari terbesar dalam soal Percintaan dan bukan berarti selain valentine tidak merasakan cinta.
Di Amerika Serikat hari raya ini lalu diasosiasikan dengan ucapan umum cinta platonik "Happy Valentine's", yang bisa diucapkan oleh pria kepada teman wanita mereka, ataupun, teman pria kepada teman prianya dan teman wanita kepada teman wanitanya.
Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda: seorang Pastor di Roma, seorang uskup, dan seorang martir di provinsi Romawi Africa.
Koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari makam Santo Hyppolytus dia Via Tibertinus dekat Roma, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus. Kemudian ditaruh dalam sebuah peti emas dan dikirim ke gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada mereka oleh Paus Gregorius XVI pada 1836. Banyak wisatawan sekarang yang berziarah ke gereja ini pada hari Valentine, di mana peti emas diarak-arak dalam sebuah prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari itu sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
Catatan pertama dihubungkannya hari raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sang sastrawan Inggris pertengahan ternama Geoffrey Chaucer pada abad ke-14.
Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya, negara yang mengkolonisasi daerah tersebut. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 - 1904) dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima.
Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat marketing besar-besaran, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut “Hari Putih”(White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.
Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.
Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini menjadi budaya populer di kalangan anak muda. Bentuk perayaannya bermacam-macam, mulai dari saling berbagi kasih dengan pasangan, orang tua, orang-orang yang kurang beruntung secara materi, dan mengunjungi panti asuhan di mana mereka sangat membutuhkan kasih sayang dari sesama manusia. Pertokoan dan media (stasiun TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine.
Membaca ulasan wikipedia memang belum menjawab secara pasti asal-usul Valentine’s Day. Tapi saya juga tidak yakin jika membaca dua atau tiga ulasan lagi akan memberikan jawaban, karena memang aspek historisnya masih terus diperdebatkan. Namun semangatnya adalah ada ungkapan kasih sayang secara spesial.
Ada satu kesamaan antara Valentine’s Day dan Hari Merah Putih, yakni sama-sama dirayakan pada 14 Februari. Jika untuk peristiwa pertama, ulasan wikipedia di atas paling tidak sudah bisa memberi gambaran, maka untuk peristiwa kedua secara formal di sekolah kita tidak pernah mempelajarinya. Karena memang ada catatan sejarah bangsa ini yang hilang, atau sengaja dihilangkan. Salah satunya adalah peristiwa heroik Merah-Putih di Manado. Mencari referensi melalui buku sejarah untuk mengetahui peristiwa Merah-Putih memang bukan pekerjaan yang mudah. Saya menemukan beberapa situs dan blog yang membahas tentang peristiwa ini.
Dalam matulanda.wordpress.com, diungkapkan secara cukup detail tentang peristiwa tersebut. Berikut ulasannya.
Khusus Kompi-VII bekas Pasukan Sekutu yang terkenal pemberani dan menjadi tumpuan harapan pimpinan KNIL tidak diduga Belanda telah dapat dipengaruhi, bahkan komandan peleton I Kopral Mambi Runtukahu telah ditunjuk oleh Taulu dan Wuisan untuk memulaikan aksi penyergapan pos-pos di markas garnisun Teling-Manado tepat nanti pada jam satu tengah malam. Dan menangkap semua tentara Belanda, mulai dengan komandan garnisun Kapten Blom, komandan Kompi-VII Carlier, CPM dan seterusnya di Kota Manado. Hal ini telah berlangsung sesuai rencana rahasia dari Taulu-Wuisan.
Tidak ada perlawanan, karena semua tentara Indonesia yang tidak termasuk Pasukan Tubruk hanya menganggap bahwa pemberontakan militer ini hanya perlu untuk menuntut keadilan serta perbaikan nasib dan jaminan yang sama bagi tentara Indonesia. Ketiga pimpinan Taulu, Wuisan dan Lumanauw dibebaskan dari tahanan dan semua tentara Belanda ditampung sementara oleh Kopral Wim Tamburian dalam satu gedung di Teling. Keluarga mereka di berbagai kompleks militer tidak diapa-apakan tetapi mereka semua akhirnya dikumpulkan di Sario.
Kaum nasionalis yang ditangkap NICA karena dituduh kolaborator Jepang seperti Nani Wartabone, OH Pantouw, Geda Dauhan, yang berada di penjara termasuk pimpinan pemuda BPNI, John Rahasia dan Chris Ponto yang berniat memberontak pada Januari yang lalu, semuanya dibebaskan oleh aksi militer Kompi-VII.
Frans Bisman dan Freddy Lumanauw berangkat dengan dua peleton pada pagi hari ke markas besar KNIL di Tomohon untuk menangkap komandan KNIL De Vries dan Residen NICA Koomans de Ruyter. Kemudian satu regu pemberontak militer dari Manado menuju ke Girian-Tonsea untuk menahan Letnan Van Emden, komandan kompi yang menjaga kamp tawanan Jepang. Mula-mula mereka alami kesulitan tetapi Kumaunang dapat menangkapnya dengan cepat.
Kapten KNIL J Kaseger yang selama ini non-aktif di Tondano dan sedang memulihkan kesehatannya karena penderitaan selama ditahan tentara Jepang, tidak menyangka berhasilnya kup militer Indonesia terhadap atasannya Belanda. Ia segera ke Manado dan Furir Taulu, Sersan Wuisan dan Sersan Nelwan mengajaknya untuk mengambil alih pimpinan pemberontakan karena pangkatnya yang lebih tinggi. Kaseger adalah tamatan Akademi Militer di Breda, Belanda, dan apa salahnya ia sebagai orang Indonesia melepaskan sumpah kesetiannya pada Ratu Belanda dan ikut dalam perjuangan kemerdekaan bangsanya.
Penggalan tulisan tentang peristiwa ini paling tidak memberikan gambaran pada kita tentang semangat kepahlawanan untuk membela tanah air yang dicintai dari cengkeraman penjajah.
Lantas bagaimana dengan Perayaan Maulid Nabi? Wikipedia mengulas, Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem dan sekitarnya.
Tulisan ini rampung tak sesuai target, yakni di tanggal 14 Februari. Banyaknya referensi yang menjelaskan tiga peristiwa tersebut, dan juga mencoba menarik benang merah di antara tiga peristiwa tersebut ternyata cukup membuat pusing. Pembaca boleh mengambil kesimpulan sendiri, apakah tiga peristiwa ini punya keterkaitan makna atau tidak. Secara pribadi saya menyimpulkan, ketiganya diikat oleh satu kata yakni cinta. Valentine’s Day ungkapan cinta pada orang-orang yang kita kasihi. Merah-Putih menunjukan sikap rela berkorban dan cinta tanah air. Sementara Maulid, merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan serta kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.  
Waktu menunjukan pukul 02.44 WITA, Kamis 16 Februari 2012 ketika saya merampungkan tulisan ini. Artinya catatan ini molor dua hari dari waktu deadline. Untunglah saya bekerja untuk “media” saya sendiri. Sehingga tidak dikenakan sangsi, hanya merasa terbebani karena target penulisan tidak sesuai rencana. Meski demikian, selama dua hari itu sebenarnya saya sudah memposting judul serta paragraf pertama dari tulisan ini. Saya juga menautkan blog ini ke akun facebook. Saya ingat kemarin sore, kawan Guntur, jurnalis dari Kantor Berita Antara mengomentari tautan itu. “maulud, valentine’s, cap go meh dipadu menjadi merah putih,” tulis Guntur. Artinya jika mau mengulas lagi tentang cap go meh, perlu beberapa hari ke depan untuk merampungkan tulisan ini. Mungkin nanti kawan Guntur yang bisa meneruskan catatan ini.(***)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar