Rabu, 31 Juli 2013

Persiapkan UKJ, Kuras Pikiran dan Tenaga



 DI tengah hujan deras yang mengguyur, pesawat Lion Air mendarat dengan begitu mulus di Bandara Sepinggan Balikpapan. Minggu 30 Juni 2013.  Jarum jam menunjukan pukul 08.15 WITA. Selama lima hari ke depan saya berada di Balikpapan dan Samarinda untuk liputan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (OSN) ke-6. Secara fisik bisa berada di tanah Borneo, tapi sesungguhnya hati dan pikiran ini tetap di Manado, memikirkan pelaksaan Uji Kompetensi Jurnalis (AJI) yang bakal digelar, pekan depan.

Pilihan yang sulit memang ketika sementara menyiapkan UKJ di Manado, saya harus berangkat ke Kaltim bersama kontingen Sulut. Praktis, pekerjaan mengurus persiapan UKJ ditangani oleh Sekretaris AJI Manado, Ishak Kusrant dan Koordinator Divisi Advokasi, Agus Hari, dua Pengurus AJI yang sudah mengikuti UKJ di Makassar pada Maret 2013. Dengan pertimbangan dan harapan agar sebagian besar anggota AJI Manado bisa mengikuti UKJ, maka saya bersama Ishak dan Agus memilih “memikul salib” menyiapkan pelaksanaan uji kompetensi itu.
Satu dua hari saya di Balikpapan, semua masih berjalan normal. Koordinasi dengan Ishak dan Agus tetap lancar. Bahkan saya masih ingat, usai pembukaan O2SN di Balikpapan, saya mendesak kawan-kawan jurnalis dari Manado yang ikut liputan untuk segera mengirimkan data ke Panitia UKJ. Finda Muchtar (Harian Swara Kita) dan Nolfie Tamod (Harian Koran Manado) langsung mengirimkan data saat kami makan di KFC di salah satu pusat perbelanjaan di Balikpapan. Sedangkan setelah  pulang ke penginapan, Erick Tambuwun (Harian Media Sulut) juga menyusul mengirimkan data. Kawan-kawan dari Manado juga satu per satu mengirimkan data melalui email menjelang injury time pendaftaran peserta UKJ. “Coba ketua hubungi teman-teman yang lain, yang belum masukan data. Karena hari ini deadline,” ujar Ishak saat menghubungi saya kembali malam harinya.
Selasa 02 Juli 2013. Pulang liputan cabang atletik di Samarinda. Mobil yang kami tumpangi baru memasuki kawasan penginapan, saat Sekjend AJI Indonesia Suwarnono menelpon saya. Inti pembicaraan, jumlah peserta UKJ baru 20 orang. Artinya, masih kurang dari kuota yakni minimal 25 orang. “Yah, kalau memang saya layak untuk ikut di level utama, saya siap,” ujar saya menanggapi kemungkinan yang disampaikan Suwarjono. “Kalau bisa diajak kawan-kawan yang masih layak ikut UKJ,” balas Suwarjono.
Sehari sebelumnya, saya mulai tenang saat Agus mengirim pesan melalui BBM yang isinya tempat pelaksanaan UKJ sudah  sudah tuntas pembayarannya. “Tinggal maksimalkan peserta UKJ,” tulis Agus.
Rabu 03 Juli, kesiapan UKJ makin jelas. “Hari ini torang urus spanduk. Mo pasang di Bandara. Konsumsi aman,” tulis Agus lewat BBM. Dua hari sebelum saya berangkat ke Balikpapan,  Agus dan Ishak sudah bertemu dengan salah satu sponsor yang bakal menanggung spanduk serta konsumsi peserta UKJ bersama penguji, tenaga admin dan pengurus AJI Manado.
Setelah menyelesaikan liputan O2SN di Kaltim, saya bersama beberapa kawan jurnalis dari Manado pun siap-siap untuk kembali ke Manado, Kamis 04 Juli malam. Saat berada di rumah saudara dari salah satu jurnalis, saya kembali menerima BBM dari Agus. Isinya sangat mengejutkan. “Konsumsi bakal ditanggung pihak sponsor,” tulis Agus. “Tapi ada solusi lain,” sambung dia, tak lupa menambahkan simbol “senyum” di pesan itu. “Besok ketua datang, baru torang bahas,” tambah Agus.
Saya berusaha tenang. Berpikir positip dan tetap optimis. Meski sebetulnya bayang-bayang kegagalan pelaksanaan UKJ di Manado mulai mengintai.
Bandara Sam Ratulangi Manado. Kamis 04 Juli 2013. Pukul 23.30 WITA. Sambil menunggu kawan-kawan lain mengambil barang bawaan di bagasi, saya mengaktifkan Blackberry. “Torang nda jadi jemput di bandara. So lelah. Nanti besok jo ketemu,” tulis Ishak. Sebelumnya memang ada rencana Ishak bakal jemput di Bandara untuk selanjutnya menuju Sekretariat AJI Manado membahas hal-hal yang kurang. Tapi saya maklum. Selama saya di Balikpapan, Ishak dan Agus bekerja sangat keras.
H-1 pelaksanaan UKJ di Manado, 06 – 07 Juli 2013. Para penguji yang ditunjuk AJI Indonesia sudah tiba di Manado. Asep Saefullah, Upi Asmaradhana, Ruslan Sangaji, dan Yusuf AR. Sore itu di Sekretariat AJI Manado, Mba Arie staf AJI Indonesia memberikan pembekalan bagi tenaga administrasi yang bakal membantu kelancaran UKJ. Juga sudah ada Alwi Fauzy dari AJI Makassar, dan Sekretaris AJI Ternate, Budhi Nurgianto di sana.
Pagi harinya, saya bersama Ishak mengurus beberapa keperluan yang bakal digunakan saat UKJ.  Sore menjelang malam, saat-saat yang paling menegangkan. Ishak bersama Mba Arie serta tenaga admin memantau lokasi kegiatan. Saya kebingungan tidak bisa mencairkan cek  karena bank sudah tutup. Besoknya hari sabtu. Bank tutup. Sementara kami butuh dana untuk menggandakan materi, serta konsumsi. Agus datang menemui saya di Mantos. “Sebentar setelah semua peserta masuk di penginapan  torang tiga dengan Sek, tambah Fia bakudapa baru bicarakan solusinya. Pinjam dulu, sapa yang ada doi,” ujar Agus. Yinthze Gunde, Bendahara AJI yang akrab dipanggil Fia.
Saya balik ke Sekretariat AJI Manado. Agus menyusul ke Bapelkes. Syamsul Huda, Ketua AJI Gorontalo dan mantan Ketua AJI Gorontalo Chris Paino sempat mengontak saya. Mereka “tersesat” saat mencari lokasi pelaksanaan UKJ.
Karena menunggu lama, saya putuskan untuk ikut ke sana. Kawan-kawan dari AJI Gorontalo juga sudah merapat ke Bapelkes Manado. Mereka berbaur dengan kawan-kawan AJI Manado. Bercerita. Tertawa. Ada Donny Turang di sana. Dia salah satu wartawan senior  dan juga pengurus AJI Manado. Mereka sangat akrab, meski mungkin baru ketemu saat itu. Situasi itu memacu semangat saya. Bagaimanapun, UKJ ini harus terlaksana. Peserta siap. Penguji dan staf admin juga siap.
“Ketua, mari jo torang keluar. Rapat,” ujar Ishak kepada saya, yang lantas meninggalkan para peserta UKJ yang masih asyik ngobrol.   
Fia, Agus, dan Ishak mengendarai mobil. Saya naik motor. Kami menuju sebuah rumah makan di Kawasan Boulevard. Kami sempat singgah di beberapa titik untuk memasang sejumlah spanduk pelaksanaan UKJ. Makan tengah malam. Sambil cari solusi bersama. Meski berat, kami tetap optimis UKJ bisa terlaksana. Rapat singkat selesai. Saya menulis di kertas kecil, kebutuhan yang harus tertanggulangi besok, termasuk berapa besar biaya, dan dana yang tersedia. “Torang pikir untuk hari Sabtu dulu. Hari Minggu torang pikirkan besok,” ujar Agus.
Kami lanjutkan memasang beberapa spanduk lagi. Jarum jam menunjukan pukul 01.30 WITA. Sabtu 06 Juli 2013. Berempat kami sempat pergi menemui dua orang penguji, Ruslan Sangaji dan Asep Saefullah di depan Hotel Prince Boulevard. “So boleh jo. So jam stengah empat pagi ini. Besok mo pembukaan, sudah harus siap di tempat pelaksanaan UKJ,” ujar Ochan, sapaan akrab Sangaji.
Fia pulang naik taksi. Ishak mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Saya bonceng Agus dengan motor menuju Singkil, sekitar 10-15 menit dari Hotel princes Boulevard. Beberapa meter melewati Jembatan Megawati, ban motor bagian belakang kempes. “Gus ngana ba jalan jo sadiki so sampe rumah, kita mo tola ini motor sampe Sekre AJI,” ujar saya kepada Agus.
Hingga tiga puluh menit ke depan, dengan penuh keringat, saya mendorong motor sampai di Sekretariat AJI Manado. Kurang dari dua jam  saya tidur di Sekretariat AJI Manado. Ketika saya terjaga, hari pertama pelaksanaan UKJ AJI di Manado sudah harus dimulai.(***)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar