DI
tengah hujan deras yang mengguyur, pesawat Lion Air mendarat dengan begitu mulus
di Bandara Sepinggan Balikpapan. Minggu 30 Juni 2013. Jarum jam menunjukan pukul 08.15 WITA. Selama lima
hari ke depan saya berada di Balikpapan dan Samarinda untuk liputan Olimpiade
Olahraga Siswa Nasional (OSN) ke-6. Secara fisik bisa berada di tanah Borneo,
tapi sesungguhnya hati dan pikiran ini tetap di Manado, memikirkan pelaksaan
Uji Kompetensi Jurnalis (AJI) yang bakal digelar, pekan depan.
Pilihan yang sulit memang ketika sementara
menyiapkan UKJ di Manado, saya harus berangkat ke Kaltim bersama kontingen
Sulut. Praktis, pekerjaan mengurus persiapan UKJ ditangani oleh Sekretaris AJI
Manado, Ishak Kusrant dan Koordinator Divisi Advokasi, Agus Hari, dua Pengurus
AJI yang sudah mengikuti UKJ di Makassar pada Maret 2013. Dengan pertimbangan
dan harapan agar sebagian besar anggota AJI Manado bisa mengikuti UKJ, maka
saya bersama Ishak dan Agus memilih “memikul salib” menyiapkan pelaksanaan uji
kompetensi itu.
Satu dua hari saya di Balikpapan, semua masih
berjalan normal. Koordinasi dengan Ishak dan Agus tetap lancar. Bahkan saya
masih ingat, usai pembukaan O2SN di Balikpapan, saya mendesak kawan-kawan jurnalis
dari Manado yang ikut liputan untuk segera mengirimkan data ke Panitia UKJ.
Finda Muchtar (Harian Swara Kita) dan Nolfie Tamod (Harian Koran Manado)
langsung mengirimkan data saat kami makan di KFC di salah satu pusat
perbelanjaan di Balikpapan. Sedangkan setelah pulang ke penginapan, Erick Tambuwun (Harian
Media Sulut) juga menyusul mengirimkan data. Kawan-kawan dari Manado juga satu
per satu mengirimkan data melalui email menjelang injury time pendaftaran
peserta UKJ. “Coba ketua hubungi teman-teman yang lain, yang belum masukan
data. Karena hari ini deadline,” ujar Ishak saat menghubungi saya kembali malam
harinya.
Selasa 02 Juli 2013. Pulang liputan cabang atletik di
Samarinda. Mobil yang kami tumpangi baru memasuki kawasan penginapan, saat
Sekjend AJI Indonesia Suwarnono menelpon saya. Inti pembicaraan, jumlah peserta
UKJ baru 20 orang. Artinya, masih kurang dari kuota yakni minimal 25 orang. “Yah,
kalau memang saya layak untuk ikut di level utama, saya siap,” ujar saya menanggapi
kemungkinan yang disampaikan Suwarjono. “Kalau bisa diajak kawan-kawan yang
masih layak ikut UKJ,” balas Suwarjono.
Sehari sebelumnya, saya mulai tenang saat Agus
mengirim pesan melalui BBM yang isinya tempat pelaksanaan UKJ sudah sudah tuntas pembayarannya. “Tinggal
maksimalkan peserta UKJ,” tulis Agus.
Rabu 03 Juli, kesiapan UKJ makin jelas. “Hari ini torang urus spanduk. Mo pasang di Bandara. Konsumsi aman,”
tulis Agus lewat BBM. Dua hari sebelum saya berangkat ke Balikpapan, Agus dan Ishak sudah bertemu dengan salah satu
sponsor yang bakal menanggung spanduk serta konsumsi peserta UKJ bersama penguji,
tenaga admin dan pengurus AJI Manado.
Setelah menyelesaikan liputan O2SN di Kaltim, saya
bersama beberapa kawan jurnalis dari Manado pun siap-siap untuk kembali ke
Manado, Kamis 04 Juli malam. Saat berada di rumah saudara dari salah satu
jurnalis, saya kembali menerima BBM dari Agus. Isinya sangat mengejutkan. “Konsumsi
bakal ditanggung pihak sponsor,” tulis Agus. “Tapi ada solusi lain,” sambung
dia, tak lupa menambahkan simbol “senyum” di pesan itu. “Besok ketua datang,
baru torang bahas,” tambah Agus.
Saya berusaha tenang. Berpikir positip dan tetap
optimis. Meski sebetulnya bayang-bayang kegagalan pelaksanaan UKJ di Manado
mulai mengintai.
Bandara Sam Ratulangi Manado. Kamis 04 Juli 2013. Pukul
23.30 WITA. Sambil menunggu kawan-kawan lain mengambil barang bawaan di bagasi,
saya mengaktifkan Blackberry. “Torang nda jadi jemput di bandara. So
lelah. Nanti besok jo ketemu,” tulis
Ishak. Sebelumnya memang ada rencana Ishak bakal jemput di Bandara untuk
selanjutnya menuju Sekretariat AJI Manado membahas hal-hal yang kurang. Tapi saya
maklum. Selama saya di Balikpapan, Ishak dan Agus bekerja sangat keras.
H-1 pelaksanaan UKJ di Manado, 06 – 07 Juli 2013. Para
penguji yang ditunjuk AJI Indonesia sudah tiba di Manado. Asep Saefullah, Upi
Asmaradhana, Ruslan Sangaji, dan Yusuf AR. Sore itu di Sekretariat AJI Manado,
Mba Arie staf AJI Indonesia memberikan pembekalan bagi tenaga administrasi yang
bakal membantu kelancaran UKJ. Juga sudah ada Alwi Fauzy dari AJI Makassar, dan
Sekretaris AJI Ternate, Budhi Nurgianto di sana.
Pagi harinya, saya bersama Ishak mengurus beberapa
keperluan yang bakal digunakan saat UKJ. Sore menjelang malam, saat-saat yang paling
menegangkan. Ishak bersama Mba Arie serta tenaga admin memantau lokasi
kegiatan. Saya kebingungan tidak bisa mencairkan cek karena bank sudah tutup. Besoknya hari sabtu. Bank
tutup. Sementara kami butuh dana untuk menggandakan materi, serta konsumsi. Agus
datang menemui saya di Mantos. “Sebentar setelah semua peserta masuk di
penginapan torang tiga dengan Sek, tambah Fia bakudapa baru bicarakan solusinya. Pinjam dulu, sapa yang ada doi,” ujar Agus. Yinthze Gunde, Bendahara AJI yang akrab dipanggil
Fia.
Saya balik ke Sekretariat AJI Manado. Agus menyusul ke
Bapelkes. Syamsul Huda, Ketua AJI Gorontalo dan mantan Ketua AJI Gorontalo Chris
Paino sempat mengontak saya. Mereka “tersesat” saat mencari lokasi pelaksanaan
UKJ.
Karena menunggu lama, saya putuskan untuk ikut ke sana.
Kawan-kawan dari AJI Gorontalo juga sudah merapat ke Bapelkes Manado. Mereka berbaur
dengan kawan-kawan AJI Manado. Bercerita. Tertawa. Ada Donny Turang di sana. Dia
salah satu wartawan senior dan juga
pengurus AJI Manado. Mereka sangat akrab, meski mungkin baru ketemu saat itu. Situasi
itu memacu semangat saya. Bagaimanapun, UKJ ini harus terlaksana. Peserta siap.
Penguji dan staf admin juga siap.
“Ketua, mari jo
torang keluar. Rapat,” ujar Ishak
kepada saya, yang lantas meninggalkan para peserta UKJ yang masih asyik
ngobrol.
Fia, Agus, dan Ishak mengendarai mobil. Saya naik
motor. Kami menuju sebuah rumah makan di Kawasan Boulevard. Kami sempat singgah
di beberapa titik untuk memasang sejumlah spanduk pelaksanaan UKJ. Makan tengah
malam. Sambil cari solusi bersama. Meski berat, kami tetap optimis UKJ bisa
terlaksana. Rapat singkat selesai. Saya menulis di kertas kecil, kebutuhan yang
harus tertanggulangi besok, termasuk berapa besar biaya, dan dana yang tersedia.
“Torang pikir untuk hari Sabtu dulu. Hari
Minggu torang pikirkan besok,” ujar
Agus.
Kami lanjutkan memasang beberapa spanduk lagi. Jarum
jam menunjukan pukul 01.30 WITA. Sabtu 06 Juli 2013. Berempat kami sempat pergi
menemui dua orang penguji, Ruslan Sangaji dan Asep Saefullah di depan Hotel
Prince Boulevard. “So boleh jo. So
jam stengah empat pagi ini. Besok mo pembukaan, sudah harus siap di tempat
pelaksanaan UKJ,” ujar Ochan, sapaan akrab Sangaji.
Fia pulang naik taksi. Ishak mengendarai mobilnya
pulang ke rumah. Saya bonceng Agus dengan motor menuju Singkil, sekitar 10-15
menit dari Hotel princes Boulevard. Beberapa meter melewati Jembatan Megawati,
ban motor bagian belakang kempes. “Gus ngana
ba jalan jo sadiki so sampe rumah, kita mo tola ini motor sampe
Sekre AJI,” ujar saya kepada Agus.
Hingga tiga puluh menit ke depan, dengan penuh
keringat, saya mendorong motor sampai di Sekretariat AJI Manado. Kurang dari
dua jam saya tidur di Sekretariat AJI
Manado. Ketika saya terjaga, hari pertama pelaksanaan UKJ AJI di Manado sudah
harus dimulai.(***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar