ENTAH
hanya karena kebetulan saja, namun yang pasti ini untuk kali kedua saya diminta
untuk menjadi pemateri dalam acara yang digelar Perhimpunan Mahasiswa Katolik
Republik Indonesia (PMKRI) untuk materi yang sama yakni, PMKRI Sebagai
Organisasi Belajar. Tidak secara teoritis saya menyampaikan materi ini, tapi
lebih banyak terkait pengalaman 14 tahun ada bersama perhimpunan, memotivasi
kader-kader muda, sekaligus merangsang mereka untuk bagaimana berproses dan
belajar dalam berbagai kegiatan PMKRI.
Hari ini, Minggu 24 Juni 2012. Saya harus bangun
pagi untuk merampungkan materi yang akan disampaikan di kegiatan Masa Bimbingan
(Mabim) PMKRI Cabang Manado pada 12.00 WITA siang nanti. Dengan kondisi badan
yang masih capek akibat sehari sebelumnya sibuk dengan pelatihan jurnalistik
dan pertandingan sepakbola bersama Mudika Pineleng, saya coba untuk membuka
satu demi satu catatan serta referensi untuk menyusun materi. Saya teringat,
materi dengan judul yang sama juga pernah saya sampaikan dalam Mabim PMKRI
Cabang Tondano, beberapa waktu lalu. tidak ada memang kajian secara teoritis,
namun kebersamaan saya selama 14 tahun di PMKRI baik dalam kapasitas sebagai
anggota biasa, pengurus, maupun anggota penyatu, itulah yang saya refleksikan
dalam sebuah tulisan yang saya muat di blog pribadi. “Praktisnya, tinggal buka
blog saja saat presentase materi,” pikir saya.
Pukul 11.00 WITA. Seseorang menelpon saya. Belum
sempat tuntas pembicaraan itu, pembicaraan terputus. Meski demikian, bisa saya
pastikan dia adalah salah satu panitia yang ingin memastikan kedatangan saya
untuk membawakan materi itu. “Ya, senior. Materinya jam 12.00 WITA.
Fanny.” Tulis Fanny, Ketua Presidium
PMKRI Cabang Manado dalam SMS-nya.
Saya sempat singgah dulu untuk ngopi di salah satu
rumah kopi di Jalan Sam Ratulangi. Pukul 11.55 WITA, saya sudah tiba di
Sekretariat PMKRI Cabang Manado. Beberapa panitia menyambut saya. Tak lama
kemudian Fanny datang. “So mo mulai Fan..,” tanya saya sambil melirik angka di
jarung jam yang sudah menunjukan pukul 12.05 WITA. “Sedikit lagi senior. Tarik
napas dulu,” ujar Fanny. “Apa ada LCD. Biar nanti saya buka blog saja, karena
ada beberapa tulisan yang terkait,” ujar saya. “Ada senior,” balas Fanny.
Beberapa menit berselang, saya sudah duduk
berhadapan dengan tak kurang dari 15 peserta Mabim PMKRI Cabang Manado. Seorang
mahasiswi cantik bertindak sebagai moderator. Menyodorkan selembar kertas
kepada saya untuk mengisi biodata. Setelah diisi, kertas tadi saya kembalikan.
Dia pun mulai dengan pengantar tentang materi, sekaligus memperkenalkan saya.
Tak kurang dari 20 menit berjalan, saya memberikan
beberapa pokok pikiran sesuai dengan tema materi yang disodorkan. Penekanan
saya jelas, pendidikan itu harus membebaskan, memerdekakan orang untuk berpikir.
“PMKRI adalah sebagai tempat kita belajar mengasah dan mengembangkan kemampuan
yang kita miliki. Belajar dalam suasana yang menyenangkan, dengan proses yang
dialogis, tanpa ada indoktrinasi. Apalagi pemasungan terhadap kemerdekaan
berpikir dan berpendapat,” tegas saya.
Sesi diskusi dan tanya jawab, belasan peserta
awalnya agak pasif. Namun akhirnya suasana mencair. Bahkan hampir semua peserta
mengajukan pertanyaan dan tanggapan. Saya senang, kader PMKRI kritis, cerdas,
berani mengungkapkan pendapat. “Tugas kita bersama adalah menjaga label PMKRI
sebagai organisasi kader yang berkualitas,” ujar saya.
Tak terasa, waktu yang dialokasikan sudah habis. Seharusnya
dari pukul 12.00-13.00 WITA. Namun banyaknya tanggapan membuat sesi ini rampung
di pukul 13.45 WITA. Beberapa mahasiswa rupanya masih belum puas dengan materi
yang diberikan. Sambil menikmati makan siang, kami kembali berdiskusi tentang
berbagai hal di PMKRI. Termasuk tentunya dualisme kepemimpinan di PP PMKRI. “Kita
semua inginkan PMKRI ini bersatu,” ujar saya yang juga diiyakan puluhan kader
PMKRI Cabang Manado.
Hari beranjak sore. Ketika saya harus minta diri
untuk kembali ke kantor. Jam deadline sudah menanti. Selamat untuk PMKRI
Manado. Selamat mendidik manusia merdeka. Petra...! (***)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar