Jumat, 27 Desember 2013

Selain Berserikat, Buruh Perlu Tingkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan


ALIANSI Jurnalis Independen (AJI) Manado, Sabtu (07/12) akhir pecan lalu, bertempat di Hotel Gran Central Manado, menggelar rangkaian kegiatan nonton bareng (noreng) film “Work Class Heroes” serta diskusi terkait perjuangan buruh. Salah satu hal yang menjadi kesimpulan dalam kegiatan itu adalah, selain perlunya berserikat maka hal penting yang tak bisa diabaikan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kaum buruh. 


Kegiatan diawali dengan noreng flm dokumenter yang diproduksi Huub Ruijgrok dan Arno van Beest dari World Report bekerja sama dengan FNV Mondiaal. Film ini menampilkan perjuangan pekerja di Indonesia dan kolumbia meraih haknya. Pemimpin serikat buruh maupun pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja menyadari bahwa kondisi yang buruk bagi pekerja hanya dapat berubah jika ada upaya penyadaran hak pekerja, dan karena itu maka mereka menjadi target tekanan  dan menghadapi berbagai risiko. 
Usai noreng, dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan dua narasumber masing-masing Ketua Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI) Sulut, Jack Andalangi, dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulut, Andre Angouw serta dipandu moderator, Agus Hari selaku Koordinator Divisi Advokasi AJI Manado. 
Andalangi dalam kesempatan pertama mengatakan, apa yang digambarkan dalam film tersbeut sebenarnya tidak jauh berbeda kondisinya dengan Sulut. Di mana, lanjut dia, buruh masih berada dalam posisi tawar yang lemah, dan masih seringkali dirugikan meski sudah ada regulasi yang mengatur hak-hak buruh. “Apa yang terjadi di Kolombia, di Jakarta, ataupun di Manado, sebenarnya tidak jauh berbeda. Buruh masih menjadi pihak yang dirugikan. Aktivis serikat buruh selalu menjadi musuh pengusaha, dan pemerinta. Sementara pemerintah tidak serius menerapkan regulasi yang ada,” papar Andalangi. 
Sementara itu, Angow dalam pemaparannya mengatakan, sebenarnya buruh dan pengusaha di satu daerah atau negara adalah satu tim kerja yang meningkatkan produktivitas. Di sisi lain, lanjut Angouw, buruh atau pekerja juga harus berpikir untuk tidak selamanya menjadi pekerja, dan satu waktu kelak bisa menjadi pengusaha. Sedangkan terkait hak-hak buruh, lanjut dia, hal itu wajib diberikan oleh perusahaan atau pengusaha. “Pekerja dan pengusaha itu satu tim, yang sebenarnya bersaing dengan buruh dan pekerja di daerah atau negara lain dalam hal produktivitas. Kita, buruh dan pengusaha adalah satu tim yang bersaing dengan tim lain menguasai pasar. Negara yang maju itu memiliki 7-9 persen pengusaha. Sementara Indonesia masih di bawah 1 persen yang menjadi pengusaha,” papar Angouw. 
Sejumlah peserta yang hadir dalam diskusi itu juga memberikan tanggapan seperti, Aryati Rahman (Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi), Yinthze Gunde (Harian METRO), Ronny Buol (Kompas.com), Steven Tuwo (guru), serta Almunawar (mahasiswa STAIN Manado). “Ada kejadian justru buruh menjadi klaim untuk konflik kepentingan antara organisasi-organisasi buruh. Ujung-ujungnya, nasib buruh tidak ada perubahan,” ujar Aryati. 
Sedangkan Buol dan Gunde mengatakan, peningkatan kualitas pengetahuan dan ketrampilan bagi para buruh juga harus dipikirkan dan dikerjakan organisasi buruh. “Karena dengan kualitas buruh yan gbaik, dia bisa punya daya tawar yang tinggi dengan perusahaan atau pengusaha. Hal ini yang seharusnya juga dikerjakan organisasi-organisasi buru, selain tentunya berserikat,” papar Buol dan Gunde secara terpisah. 
Di akhir rangkaian acara itu, Ketua AJI Manado Yoseph E Ikanubun mengatakan, kegiatan yang digelar selain untuk menumbuhkan motivasi pendirian serikat buruh di perusahaan masing-masing juga untuk memperkuat jejaring perjuangan guna meningkatkan daya tawar pekerja dengan perusahaan. Dia menambahkan, seluruh hasil-hasil diskusi itu akan dirumuskan dan menjadi sebuah referensi sekaligus rekomendasi untuk pola-pola gerakan perjuangan buruh ke depan, termasuk pendirian serikat pekerja di perusahaan media. “Hasil-hasil diskusi dan perbincangan hari ini sangat penting sebagai referensi sekaligus rekomendasi untuk membuat pola gerakan perjuangan buruh ke depan,” ujar Ikanubun didampingi Sekretaris Ishak Kusrant, Koordinator Divisi Etika Fransiskus Talokon, Koordinator Divisi Usaha Nolfie Tamod, dan Koordinator Divisi New Media, Fernando Lumowa.(***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar